Setiap kita sangat pasti memiliki cita-cita, impian, keinginan dan semacamnya. Disaat impian itu sudah matang berikut perencanaan untuk mendapatkannya. Maka dengan semangat baja kita berusaha keras mengeluarkan seluruh modal kita, keahlian serta potensi untuk mewujudkan impian-impian itu. Tak jarang pikiran terperas, tenaga terkuras, tubuh basah berpeluh keringat, atau bahkan luka-luka berbekas di sekujur tubuh kita.
Namun terkadang setelah semua itu, bukan impian yang terwujud tetapi sesuatu yang ditakuti hampir semua orang. Sebuah tulisan besar dengan kalimat yang sangat jelas muncul tepat di hadapan kita “ANDA GAGAL.”
Tak dapat di pungkiri, realitas ini seringkali membuat kita kecewa, terlepas besaran kekecewaan itu. Kemudian ungkapan-ungkapan motivasi berdatangan untuk memulihkan semangat kita, “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”/ ”kegagalan adalah tiket menuju keberhasilan” dan banyak lagi kata-kata motivasi lainnya.Terlepas dari semua itu, ada hal yang seharusnya kita sebagai muslim evaluasi lebih mendalam, yaitu nilai kapasitas/kualitas diri kita. Akan selalu ada hukum alam, hukum sebab akibat. Seperti, benda jatuh karena ada gravitasi, benda beku karena dingin, kertas terbakar karena terkena api dll. Begitupun saat kita belum mendapatkan apa yang kita inginkan setelah semua dikerahkan. Sebuah kalimat yang seharusnya ada dibenak kita adalah “Allah Maha tahu, saya belum siap untuk itu…” Karena setiap kejadian yang terjadi tidak terlepas dari kehendak Allah.
Ketika ada seorang anak kecil bermain perang-perangan kemudian sang anak meminta kepada Ayahnya pistol asli berisi peluru tajam. Maka sangat pasti sang Ayah tidak akan mengabulkan. Mengapa? Karena sang Ayah tahu, anaknya belum siap untuk itu. Tetapi akan ada suatu masa sang anak mendapatkannya bahkan tanpa harus meminta yaitu saat ia sudah beranjak dewasa kemudian menjadi seorang anggota polisi, pistol akan diberikan kepadanya. Sama halnya dengan kita, jika kapasitas kita baik keilmuan maupun pengalaman belum mencukupi untuk menerima yang kita inginkan maka Allahpun tidak akan memberikannya.
Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada kita, Karena Allah tidak ingin kita terpuruk, terjerumus kepada kenistaan yang menjadikan kita termasuk orang-orang yang ingkar kepada-Nya. Allah menjaga diri kita. Allah Maha Tahu nilai kapasitas kita, maka Dia pun akan memberikan yang sesuai untuk kita. Jika kapasitas kita menurut Allah baru bisa menangani warung, maka Dia pun akan memberikan warung kepada kita bukan perusahaan besar dengan ribuan pekerja dibawahnya. Jadi yang seharusnya kita lakukankan adalah selalu meningkatkan kualitas dan kapasitas diri kita. Karena ketika kualitas dan kapasitas kita sudah mencukupi untuk memimpin perusahaan besar, maka Allah pun akan memberikannya untuk kita
Oleh karenannya berhenti belajar, berhenti mencoba adalah tips jitu menuju kesengsaraan. Mengambil istilah Andreas Harefa dalam bukunya “On Becoming a Learner” kita seharusnya menjadi MANUSIA PEMBELAJAR, bahkan lebih dari pada itu menjadi a Fast Learner, pembelajar cepat. Yang selalu mengambil hikmah dari apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasa dan kita baca. Semoga Allah bersegera mewujudkan impian kita.
Namun terkadang setelah semua itu, bukan impian yang terwujud tetapi sesuatu yang ditakuti hampir semua orang. Sebuah tulisan besar dengan kalimat yang sangat jelas muncul tepat di hadapan kita “ANDA GAGAL.”
Tak dapat di pungkiri, realitas ini seringkali membuat kita kecewa, terlepas besaran kekecewaan itu. Kemudian ungkapan-ungkapan motivasi berdatangan untuk memulihkan semangat kita, “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”/ ”kegagalan adalah tiket menuju keberhasilan” dan banyak lagi kata-kata motivasi lainnya.Terlepas dari semua itu, ada hal yang seharusnya kita sebagai muslim evaluasi lebih mendalam, yaitu nilai kapasitas/kualitas diri kita. Akan selalu ada hukum alam, hukum sebab akibat. Seperti, benda jatuh karena ada gravitasi, benda beku karena dingin, kertas terbakar karena terkena api dll. Begitupun saat kita belum mendapatkan apa yang kita inginkan setelah semua dikerahkan. Sebuah kalimat yang seharusnya ada dibenak kita adalah “Allah Maha tahu, saya belum siap untuk itu…” Karena setiap kejadian yang terjadi tidak terlepas dari kehendak Allah.
Ketika ada seorang anak kecil bermain perang-perangan kemudian sang anak meminta kepada Ayahnya pistol asli berisi peluru tajam. Maka sangat pasti sang Ayah tidak akan mengabulkan. Mengapa? Karena sang Ayah tahu, anaknya belum siap untuk itu. Tetapi akan ada suatu masa sang anak mendapatkannya bahkan tanpa harus meminta yaitu saat ia sudah beranjak dewasa kemudian menjadi seorang anggota polisi, pistol akan diberikan kepadanya. Sama halnya dengan kita, jika kapasitas kita baik keilmuan maupun pengalaman belum mencukupi untuk menerima yang kita inginkan maka Allahpun tidak akan memberikannya.
Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada kita, Karena Allah tidak ingin kita terpuruk, terjerumus kepada kenistaan yang menjadikan kita termasuk orang-orang yang ingkar kepada-Nya. Allah menjaga diri kita. Allah Maha Tahu nilai kapasitas kita, maka Dia pun akan memberikan yang sesuai untuk kita. Jika kapasitas kita menurut Allah baru bisa menangani warung, maka Dia pun akan memberikan warung kepada kita bukan perusahaan besar dengan ribuan pekerja dibawahnya. Jadi yang seharusnya kita lakukankan adalah selalu meningkatkan kualitas dan kapasitas diri kita. Karena ketika kualitas dan kapasitas kita sudah mencukupi untuk memimpin perusahaan besar, maka Allah pun akan memberikannya untuk kita
Oleh karenannya berhenti belajar, berhenti mencoba adalah tips jitu menuju kesengsaraan. Mengambil istilah Andreas Harefa dalam bukunya “On Becoming a Learner” kita seharusnya menjadi MANUSIA PEMBELAJAR, bahkan lebih dari pada itu menjadi a Fast Learner, pembelajar cepat. Yang selalu mengambil hikmah dari apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasa dan kita baca. Semoga Allah bersegera mewujudkan impian kita.
Categories:
Motivasi