It's Time to Change

Ada seseorang yang mendatangi saudaranya sesama muslim untuk mengadukan masalahnya. Sebenarnya ia bingung dan malu menyampaikan maksud kedatangannya, namun karena permasalahannya sudah sangat mendesak ia pun terpaksa mengutarakannya, itu pun dengan sangat hati-hati. “Kontrakan saya sudah mau habis, bagaimana menurut saudara?”, ia kehabisan ide untuk menyampaikan maksudnya lebih jelas.

“Ohh, saya kira sebaiknya saudara mencari kontrakan yang baru. Tempat tinggal yang sekarang nampaknya kurang baik untuk kesehatan seluruh anggota keluarga”, saran saudaranya itu.

Padahal, maksudnya bukan minta saran seperti itu, melainkan ia secara tidak langsung ingin meminta bantuan pinjaman uang untuk memerpanjang kontrakannya satu tahun atau setidaknya enam bulan ke depan. Perasaan tidak enak dan malu membuatnya bingung menyampaikan maksud hati yang sebenarnya.

Ia pun mencobanya kembali, “Usaha dagang saya sedang tidak bagus, bulan kemarin saja saya harus nombok dan terus merugi. Saya sudah kehabisan uang,” kali ini mulai lebih jelas.

Tapi, “Mungkin saudara belum benar-benar khusyuk dalam beribadah, belum serius dalam berdoa. Cobalah lebih banyak lagi menambah amalan-amalan sunnah, berdoalah lebih iba kepada Allah. Insya Allah, Dia akan lebih mendengar doa saudara. Tenang, saya saudaramu, saya juga akan mendoakan agar usahamu lancar dan berhasil,” rupanya masih belum nyambung.

Maksud ia mendatangi saudaranya itu sebenarnya sudah jelas untuk minta bantuan, bukan minta nasihat. Ia berharap saudaranya yang kelebihan harta dan memiliki beberapa bidang usaha itu mau memberinya modal usaha. Bukan doa yang dimintanya, padahal saudaranya itu memiliki sejumlah kontrakan, salah satu bidang usahanya.

Satu sisi, tidak ada yang salah dengan nasihat-nasihatnya. Mungkin betul saudaranya itu kurang dalam ibadahnya, jarang meminta kepada Allah. Tetapi bisa jadi sebaliknya, ada orang yang sudah benar-benar khusyuk dalam beribadah, dan tak melewatkan satu malam pun untuk berdoa dalam tahajjudnya, hanya saja Allah masih ingin menguji kesabarannya.

Faktanya, saat itu ia memerlukan bantuan saudaranya secara nyata. Bukan dalam bantuk doa dan nasihat. Entah itu sedekah atau pinjaman, karena memang itu yang benar-benar diharapkannya. Setelah memberi bantuan, terserah mau sebanyak apapun memberi nasihat, pasti akan didengarkan karena hatinya sudah sedikit tenang.

Orang yang tertimpa musibah dan mendapat kesulitan, sebaiknya tidak ditolong hanya dengan doa. Ringankan bebannya terlebih dulu, kemudian berilah ia nasihat kesabaran dan doakan agar ia bisa segera keluar dari kesulitannya. Sama halnya dengan saudara kita yang sedang sakit, ucapan “semoga lekas sembuh” memang sudah cukup sebagai bentuk perhatian. Namun bagi sebagian lain, kesembuhannya bisa lebih cepat dengan cara dikunjungi dan membawa sedikit buah tangan untuk menghiburnya. Bahkan, ada pula yang harus dibantu biaya perawatannya.

Jika ada saudara kita yang kelaparan, apakah akan merasa kenyang setelah kita doakan?


Read More …

Pasar malam dibuka di sebuah kota, seluruh penduduk menyambutnya dengan gembira. Ada berbagai macam permainan, stand makanan dan sirkus, tetapi kali ini yang paling istimewa adalah Atraksi Manusia Kuat. Setiap malam ratusan orang menonton pertunjukkan manusia kuat. Ia bisa melengkungkan baja hanya dengan tangan telanjang, ia bisa menghancurkan batu bata tebal dengan tinjunya, ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco, tapi untuk menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya, ia memeras terus hingga tetes terakhir air jeruk itu terperas.
Kemudian ia menantang para penonton. "Barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini, akan kuberikan dia uang satu juta." Kemudian naiklah seorang laki-laki atlit binaraga ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras…dan memeras…tapi tak setetespun air jeruk keluar, sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat dari penjuru kota mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum. Kemudian ia berkata," Aku berikan satu kesempatan terakhir. Siapa yang mau mencoba ?"

Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba," Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung." Manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tertawa terbahak-bahak bahkan mengolok-ngolok wanita itu. Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memeras dengan penuh konsentrasi. Ia memeras…memeras…dan…" TING " setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh membasahi lantai panggung. Para penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan mereka segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.

Manusia kuat memeluk wanita kurus itu, katanya: " Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali, dan ribuan orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya kau satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu. Boleh aku tahu, bagaimana kau bisa melakukan hal itu ?". "Begini" jawab wanita itu," Jika suamimu sedang jatuh sakit keras dan tak bisa bekerja mencari nafkah, sedangkan kau memiliki delapan anak yang harus kau beri makan setiap harinya, lalu kau harus kuat mencari uang meski hanya seratus-duaratus rupiah, maka hanya memeras jeruk untuk mendapatkan satu juta rupiah bukanlah hal yang sulit." "Bila anda memiliki alasan cukup kuat, anda akan menemukan jalannya", demikian kata wanita yang bijak itu.

Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu bukan karena kita tidak mampu, tetapi karena kita tidak memiliki alasan yang cukup kuat. Perbedaan yang mencolok antara seorang yang memiliki alasan (atau di kenal dengan impian/cita-cita/tujuan) dengan yang tidak adalah ketika mereka menemukan tantangan, yang tidak memiliki alasan akan menyerah, sedangkan yang memilikinya pasti akan bertahan. Orang yang berhasil adalah orang yang penuh dengan motivasi, impian dan antusias. Jadi, bagaimanakah dengan anda ? Hidup untuk bertahan atau bertahan untuk hidup ?
Read More …

Pada pribadi yang tidak berhati-hati, hatinya adalah penumbuh dari kekuatan yang mengkerdilkan, dan pembatal bagi semua perjalanan menuju kebaikan - tetapi penyegera bagi perjalanan menuju yang buruk.

Dalam diri manusia itu dimisalkan ada dua ekor Anjing, yaitu Anjing hitam dan Anjing putih.
Anjing hitam melambangkan kejelekan dan kejahatan, sedangkan Anjing putih melambangkan kebaikan. Dua ekor Anjing ini selalu bertengkar untuk mendapatkan peran yang lebih dominan dalam kehidupan kita, dan mereka tidak pernah mati; masalahnya adalah - anjing yang mana yang lebih kita perhatikan dan lebih sering kita beri makan.

Untuk orang orang yang berbuat kebaikan lebih banyak dari pada kejahatannya, maka Anjing putihnya lebih gemuk dari pada Anjing hitamnya. Demikian juga sebaliknya, jika dia lebih banyak beramal jahat, maka Anjing hitamnya lebih besar daripada Anjing putihnya.

Maka pastikanlah bahwa kecintaan Anda adalah kecintaan kepada yang baik, untuk melakukan yang baik, dan untuk tujuan yang baik. Karena kecintaan kepada dan dengan kualitas selain yang baik – akan membuat Anda melakukan semua hal yang bertentangan dengan kepentingan Anda untuk berhasil.

Untuk itu, ramahkanlah pengertian Anda kepada kebaikan. Ingatlah bahwa kebaikan bisa datang dari manapun dan melalui siapa dan apapun.

Mohon Anda sadari bahwa, tanggung jawab kita adalah menjadikan hari ini lebih baik dengan pelajaran yang kita unduh dari kesalahan-kesalahan kita di masa lalu, dan menjadikan hari esok lebih menjanjikan karena kelebihan-kelebihan yang kita capai hari ini.

Ingatlah, bahwa

Hanya kebaikan yang membaikkan.

Bukankah keburukan yang terjadi – tetapi yang kemudian menjadikan Anda lebih baik, adalah juga kebaikan?

Bila ada orang yang mengatakan bahwa proses untuk menjadi orang baik adalah upaya yang berat dan sulit, itu pasti karena dia belum memiliki kepekaan untuk mengenali kebaikan, dan mungkin lebih peka terhadap keburukan yang terjadi kepada dirinya dan lingkungannya, daripada terhadap berkah-berkah yang telah ada padanya sejak kelahirannya.

Dia tidak melihat bahwa untuk setiap kemungkinan buruk, ada kemungkinan baik yang lebih besar lagi – yang dapat direngkuhnya bila dia berpihak kepada kebaikan.

Dia tidak mengerti bahwa setiap penghindaran dari kebaikan, adalah sebuah pendekatan kepada keburukan.

Maka ramahkanlah diri Anda kepada semua hal yang baik, dan hindarilah yang tidak menjadikan Anda lebih baik.

Bila Anda berpihak sepenuhnya kepada kebaikan, Anda akan sangat peka dalam mengenali keburukan, bahkan bila ia berlaku seperti semut hitam yang merayap di atas batu hitam di malam hari yang kelam.
Read More …

Dikisahkan, seorang mandor bangunan yang sedang bekerja di sebuah gedung bertingkat, suatu ketika ia ingin menyampaikan pesan penting kepada tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya. Mandor ini berteriak-teriak memanggil seorang tukang bangunan yang sedang bekerja di lantai bawahnya, agar mau mendongak ke atas sehingga ia dapat menjatuhkan catatan pesan. Karena suara mesin-mesin dan pekerjaan yang bising, tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya tidak dapat mendengar panggilan dari sang Mandor. Meskipun sudah berusaha berteriak lebih keras lagi, usaha sang mandor tetaplah sia-sia saja.

Akhirnya untuk menarik perhatian, mandor ini mempunyai ide melemparkan koin uang logam yang ada di kantong celananya ke depan seorang tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya. Tukang yang bekerja dibawahnya begitu melihat koin uang di depannya, berhenti bekerja sejenak kemudian mengambil uang logam itu, lalu melanjutkan pekerjaannya kembali. Beberapa kali mandor itu mencoba melemparkan uang logam, tetapi tetap tidak berhasil membuat pekerja yang ada di bawahnya untuk mau mendongak keatas.

Tiba-tiba mandor itu mendapatkan ide lain, ia kemudian mengambil batu kecil yang ada di depannya dan melemparkannya tepat mengenai seorang pekerja yang ada dibawahnya. Karena merasa sakit kejatuhan batu, pekerja itu mendongak ke atas mencari siapa yang melempar batu itu. Kini sang mandor dapat menyampaikan pesan penting dengan menjatuhkan catatan pesan dan diterima oleh pekerja dilantai bawahnya.

Sahabat yang baik, untuk menarik perhatian kita manusia sebagai hambaNya, Allah SWT seringkali menggunakan cara-cara yang menyenangkan, namun kadangkala juga dengan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan. Allah seringkali menjatuhkan "koin uang" atau memberikan kemudahan rejeki yang berlimpah, agar kita manusia mau mendongak keatas, mengingat-Nya, menyembah-Nya, mengakui kebesaran-Nya dan lebih banyak bersyukur atas rahmat-Nya. Tuhan seringkali memberikan begitu banyak berkat, rahmat dan kenikmatan setiap harinya kepada kita manusia, agar kita mau menengadah kepada-Nya dan bersyukur atas karunia-Nya. Namun, sayangnya seringkali hal itu tidak cukup membuat kita manusia untuk mau mendongak keatas dan bersyukur atas rahmat-Nya. Seringkali hal itu belum cukup membuat kita mau memberikan perhatian lebih mendekatkan diri kepada-Nya dan bersyukur atas rahmat-Nya.

Karena itu, kadang-kadang Tuhan menggunakan pengalaman-pengalaman menyakitkan, seperti menerima kegagalan, rasa sakit, kemiskinan, kesulitan, musibah, bencana dan berbagai pengalaman menyakitkan lainnya untuk menarik perhatian manusia agar mau mendongak keatas. Menarik perhatian kita untuk mau menengadah kepada-Nya, mengakui kebesaran-Nya dan bersyukur atas rahmat-Nya. Dengan demikian, kesulitan dan pengalaman-pengalaman menyakitkan yang kadang kala diterima manusia, hendaknya diterima sebagai peringatan dari Tuhan untuk menarik perhatian kita. Hendaknya hal itu membuat kita semakin mempererat hubungan dengan Allah swt. Hendaknya hal itu mengajarkan kita untuk mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah. Hendaknya hal itu menyadarkan kita adalah makhluk-Nya yang sangat lemah dan tidak berdaya.

Sahabat yang baik, sudah begitu banyaknya rahmat dan berkah Allah senantiasa mengalir setiap detiknya kepada kita semua manusia. Seperti memiliki pekerjaan yang baik, memiliki kesehatan yang kita rasakan, memiliki kedua mata untuk melihat dunia, kedua kaki yang menopang tubuh kita, kelengkapan panca indra yang sempurna, mendapatkan rejeki yang kita nikmati setiap hari, keluarga yang bahagia dan lain sebagainya. Semua itu sesungguhnya adalah rahmat dan berkah dari Allah SWT yang tak ternilai harganya. Sudahkah hal itu menjadikan kita selalu menengadahkan wajah kepada-Nya, mengingat-Nya dan bersyukur atas rahmat-Nya ? Ataukah hal itu belum menarik perhatian kita, sehingga menunggu Allah menjatuhkan "batu" kepada kita ?. Semoga kita dapat lebih menyadari dan selalu mengingat-SANG PENCIPTA tanpa menunggu kehadiran batu-batu kecil sebagai tanda pengingat kepada-Nya.
Read More …

Tuhanku,

Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-MU yang luas

Aku hanyalah setetes embun di lautanMU yang meluap hingga ke seluruh samudra

Aku hanya sepotong rumput di padangMU yang memenuhi bumi

Aku hanya sebutir kerikil di gunung MU yang menjulang menyapa langit

Aku hanya seonggok bintang kecil yang reduo di samudra langit Mu yang tanpa batas

Tuhanku
Hamba yang hina ini menyadari tiada artinya diri ini di hadapanMU
Tiada Engkau sedikitpun memerlukan akan tetapi
hamba terus menggantungkan segunung harapan pada MU

Tuhanku..baktiku tiada arti, ibadahku hanya sepercik air
Bagaimana mungkin sepercik air itu dapat memadamkan api neraka MU
Betapa sadar diri begitu hina dihadapanMU
Jangan jadikan hamba hina dihadapan makhlukMU
Diri yang tangannya banyak maksiat ini,
Mulut yang banyak maksiat ini,
Mata yang banyak maksiat ini

Hati yang telah terkotori oleh noda ini,memiliki keninginana setinggi langit
Mungkinkah hamba yang hina ini menatap wajahMu yang mulia???

Tuhan...Kami semua fakir di hadapan MU tapi juga kikir dalam mengabdi kepada MU
Semua makhlukMU meminta kepada MU dan pintaku.
Ampunilah aku dan sudara-saudaraku yang telah memberi arti dalam hidupku
Sukseskanlah mereka mudahkanlah urusannya

Mungkin tanpa kami sadari , kamu pernah melanggar aturanMU
Melanggar aturtan qiyadah kami,bahkan terlena dan tak mau tahu akan amanah
Yang telah Tuhan percayakan kepada kami,Ampunilah kami

Pertemukan kami dalam syurga MU dalam bingkai kecintaan kepadaMU
Tuhanku.Siangku tak selalu dalam iman yang teguh
Malamku tak senantiasa dibasahi airmata taubat,
Pagiku tak selalu terhias oleh dzikir pada MU
Begitulah si lemah ini dalam upayanya yang sedikit
Janganlah kau cabut nyawaku dalam keadaan lupa pada Mu
Atau.dalam maksiat kepadaMU
Ya Tuhanku Tutuplah untuk kamu dengan sebaik-baiknya penutupan !!
Read More …

Cinta... tiada satu pun di dunia ini yang menafikan karena cinta sendiri merupakan senyawa yang menjadi fitrah manusia sejak dia ada. Sekarang, permasalahan yang muncul adalah apakah kita bisa menumbuhkan benih cinta yang ada di dalam hati sesuai dengan porsinya? Apakah kita mampu mensinkronisasikan cinta dengan dakwah yang telah menjadi darah daging kita sendiri? Ataukah kita memisahkan cinta dengan dakwah lalu jatuh terluka karena telah mencabik-cabiknya dari nyawa? Kita letakkan harapan pada hamba, yang bahkan masih mengeja makna cinta. Sedangkan cinta hanya mau berharap pada Ilahi Rabbi-Tuhan yang telah menjadikannya ada.

Andaikan kita menjadi seorang aktivis yang telah jatuh cinta pada seorang pengemban dakwah lainnya, apakah kita adalah orang yang lantas tergelincir dari jalan dakwah ataukah kita mampu bertahan lalu menjaga cinta kita sebagai rahasia saja? Atau jangan-jangan kita biarkan cinta dan dakwah berjalan beriringan. Kita berjuang untuk Allah sekaligus untuk mendapatkan cinta dari aktivis dakwah lainnya juga. Padahal kita mengetahui hanya amal yang niat tulus karena Allah saja-lah yang diterima oleh Allah.

Wahai para pengemban risalah Allah, sadarlah... Hanya kejujuran dan ketulusan sajalah yang mampu mengalahkan semua niat yang telah ternoda di dalam dada. Ketika niat telah terkotori dan cinta telah berharap pada selain Allah, jujurlah pada Allah. Utarakan kepada Allah dengan sejujurnya keinginanmu yang sebenarnya. Jika ingin bersatu dengannya, mintalah... Pun ketika hati ini ingin diluruskan oleh Allah, dihilangkan bayang-bayang dirinya dari pikiran, maka mintalah... Jujurlah pada Allah... Kenapa kita harus menutupi hal yang tampak di hadapan-Nya?

Tulus dan jujurlah hanya kepada Allah-Rabb yang Maha Mengetahui segala isi hati. Karena hanya Allah saja yang mampu jujur dan tulus kepada kita. Bukan pendamping dakwah yang kita harapkan atau bahkan lingkungan yang mungkin juga sedang futur.

Lalu ketika Allah telah membalas kejujuran itu, maka saatnya untuk tulus kepada Allah. Tulus atas apapun keputusan Allah yang diberikannya kepada kita. Seandainya Allah mengabulkan doa-doa kita, anggaplah ini sebagai kado kecil dari-Nya karena kita telah jujur pada-Nya. Jika Allah mengizinkan kita bersatu dengan kekasih hati, maka tuluskan lagi niat kita hanya karena Allah. Maka insyaAllah perjalanan dakwah ini dengan kekasih hati akan lebih indah dan diridhoi oleh-Nya. Sedangkan bila Allah justru memisahkan kita dengan kekasih hati, maka kita juga harus berusaha tulus menerima segala keputusan Allah. Ini adalah keputusan terbaik dari Allah dan tiada yang bisa menandinginya. Yakinlah dengan keputusan Allah ini, maka insyaAllah penggantinya akan lebih baik dari apa yang selama ini kita bayangkan.

InsyaAllah dengan kejujuran dan ketulusan cinta ini maka aktivis dapat melangkah di jalan dakwah dengan keyakinan teguh dan kesabaran. Akivis menjadi insan yang istiqomah melangkah di jalan dakwah. Aktivis menjadi mujahid yang berhasil dari segi strategi dan segi kesucian cinta. Semoga kita semua menjadi aktivis yang mampu jujur dan tulus kepada Allah atas fitrah cinta yang telah menjadi senyawa dalam jiwa kita. Amin...
Read More …

Dakwah bagaikan cahaya yang terpantul dari kedalaman senyawa dalam dada.
Cahayanya terpantul karena banyaknya kaca hati yang terserak, menyertai segenap duka yang terpupuk atas nama surga.
Semakin banyak kaca hati yang terserak mampu melunturkan waktu yang kian menipis di kisi-kisi senja. Berharap cepat kembali demi sebuah cinta.

Bagi seorang aktivis, dakwah merupakan sebuah jalan panjang menuju surga-Nya yang penuh onak dan duri. Tidak akan disebut berdakwah ketika seorang aktivis tidak menemui cobaan dalam berdakwah. Karena memang cobaan adalah bagian dari dakwah itu sendiri dan Allah akan selalu menguji kesungguhan hati orang-orang yang telah berani mengatakan bahwa mereka beriman.

Banyak aktivis yang telah berhasil melewati berbagai fase cobaan dalam rentang dakwahnya yang panjang. Aktivis ini telah membuktikan dirinya di hadapan kaum muslimin dan Rabb bahwa dengan keteguhan hati dan kesabarannya telah berhasil melakukan terobosan-terobosan dakwah yang penuh strategi dalam melawan kebatilan. Aktivis ini menjadi tumpuan dakwah di tempatnya berada karena dapat dipercaya dan amanah dalam melaksanakan berbagai agenda. Ia layak digelari mujahidullah peradaban karena mampu bertahan dengan cobaan dakwah yang menyangkut strategi dalam melawan kebatilan.

Tetapi seringkali aktivis itu tidak menyadari bahaya cobaan yang sedang menerpa hatinya. Hatinya yang rapuh sering tergelincir dengan cinta terhadap lawan jenis yang tumbuh dari kebersamaan mereka dalam dakwah yang panjang dan penuh cobaan. Ta'awun yang mereka lakukan seringkali menimbulkan benih-benih terpendam. Lalu diam-diam mereka pupuk di dalam hati hingga akhirnya bunga bermekaran di mana-mana. Sayangnya, bunga itu bukanlah bunga mawar yang indah... Bunga itu tumbuh bukan dari keimanan, melainkan dari pandangan mata dan nafsu yang pelan-pelan merusak hati lalu menggerogoti jiwa yang lemah. Jiwa itu kini menjadi rapuh, merusak seluruh niat yang tersampir di dada lalu akhirnya merobohkan sendi-sendi dakwah.

Walaupun begitu, sulit sekali untuk melepaskan ‘dia' yang telah bersemayam di dada, jauh melebihi Dia yang selama ini selalu bersama kita dengan penuh cinta. Bagaimana bisa melupakannya begitu saja? Ketika seorang aktivis dakwah telah terlalu lama menancapkan panah-panah pandangan mata ke arah ‘dia' yang tampak indah dengan segala gerik dakwahnya, sedangkan Dia-Rabb yang selalu ada untuk kita tak pernah sekalipun menampakkan wujud-Nya, tentu saja sosok'nya' jadi lebih bermakna. Kita takut tegas padanya karena sebelumnya telah terbayang wajahnya yang memelas. Kita jadi takut berbuat salah padanya karena telah terbayang wajahnya yang merah padam. Sekarang di dalam pikiran hanya ada wajahnya dimana-mana! Inilah bahaya kalau para aktivis mengurangi porsi ghadul bashar pada lawan jenis...

Lalu setelah berusaha ghadul bashar dan meluruskan niat lagi, datang cobaan dari lingkungan sesama aktivis dakwah. Yang anehnya lagi, lingkungan aktivis kadang malah mendukungnya. Mereka ucapkan kata-kata penggoda untuk membuatnya merasa bahwa sosok ‘itu' juga pantas disandingkan dengannya. Hati yang telah kokoh dibentengi keimanan kepada Allah itu akhirnya kandas juga dimakan api asmara yang datangnya dari sesama para aktivis dakwah. Terkadang lingkungan aktivis dakwah sekalipun juga dapat menjerumuskan ketika orang-orang yang ada di lingkungan itu sendiri kurang bisa menjaga hati dan pandangannya. Benar-benar cobaan yang dahsyat! Harapan dan kenyataan untuk menggapai surga-Nya telah terkotori oleh cobaan cinta dari lawan jenis yang tidak mampu dimaknai sesuai porsinya. Kini, yang tersisa hanyalah puing-puing dakwah yang terserak, roboh terkena badai cinta.
Read More …

Bersaudara, untaian kata yang indah bila diucapkan, kunci kejayaan kaum Muslimin di masa silam, warisan kemuliaan, salah satu keutamaan Islam, yang mampu mengejawantahkan aqidah dalam segala dimensinya, dan melebur ke segala kelas sosial. Fenomena yang terasa akhir-akhir ini menjadi kaburnya nilai antara Islam dan Umat Islam semakin membuat jarak antara manusia dengan Allah SWT. Umat Islam terjebak kepada fanatisme simbol dan golongan. Membelanya lebih dari sekedar membela Islam. Lalu kapan Islam terasa manis karena ukhuwah yang harmonis ? Krisis yang telah lama mencekam masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim ini berdampak besar pada penurunan krisis kepercayaan, krisis moral dan paling parah krisis ukhuwah yang makin memudar warnanya tak tersentuh oleh hangatnya ukhuwah.

Di sekitar kita, dalam kondisi yang berbeda kita dapati pula saudara muslim yang tenggelam dalam .kenikmatan. hidup. Mereka keluar mengumbar kehinaan, dengan sadar, murah, dan tanpa rasa berdosa yang bergayut dibenaknya. Mereka gadaikan .izzah.(kemuliaan), status penghambaan, dan menjadi terlena oleh nafsu dunia yang fana. Semata karena ketidakpahaman, ketidak mengertian yang menggeser kedudukan ukhuwah Islamiyah didalamnya, hingga ukhuwah yang manis pun terasa pudar di telan jaman. Mereka dapati definisi ukhuwah yang terasa kaku maknanya, yang tidak gaul katanya, yang tidak nyambung tuturnya, yang kuno tampilannya. Dan fakta yang menjawab semua kegelisahan diri dihiruk pikuknya dunia, kini saat kita teriakkan ukhuwah atas nama cinta padaNya.

Ironis. Di satu sisi umat terjerumus ke dasar lembah kehinaan, dengan segala kebutaan akan petunjuk Illahi, tanpa sadar kaki melangkah menuju kebinasaan dan makar durjana yang siap menanti dihadapan. Umat membutuhkan manusia-manusia penyadar. Manusia yang mampu membangunkan umat, membukakan matanya dan menyucikan jiwanya. Manusia yang memiliki imunitas akan badai besar jahiliyyah. Manusia yang bertekad mengusung warisan para Anbiya, Ulama, Mujaddid, Shidiqin, dan Syuhada. Manusia yang menyelamatkan umat dari jurang kebodohan dan kenistaan.

Namun, disisi lain, hari ini kita dapati manusia-manusia penyadar yang dipilih Allah SWT untuk berdakwah di jalanNya itu larut dengan ego dan fanatisme golongan masing-masing. Terperosok dalam perdebatan yang makin memecah belah dengan teramat parah. Seakan lupa bahwa kebenaran hanyalah milik Allah, bahwa Wala. (loyalitas) dan Ghayah (tujuan) hanya untuk Allah dan RasulNya, bahwa segala pendapat, uslub dan fikrah merupakan ijtihad yang bisa benar dan bisa salah, bahwa setiap Muslim adalah bersaudara dengan segala hak-hak yang telah diamanatkan Allah dan RasulNya, bahwa perpecahan hanyalah akan melemahkan langkah dan mencerai-beraikan barisan Umat Islam. Allah telah berfirman dalam surat Al Hujuuraat (49) : 13 , "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan danmenjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Persaudaraan menjadi kian bermakna di masa silam, yang mampu melebur kesegala kelas sosial, menyusun ragam suku, bahasa, budaya, negara, politik, hingga pemikiran dan rasa menjadi warna-warni mozaik indah beridentitas : Islam. Namun, makna persaudaraan itu makin memudar dalam perjalanan penegakan dakwah hari ini. Para mujahid-mujahidah dakwah terpetakan dalam batas-batas nisbi dan sulit melebur. Masing-masing menganggap diri paling benar dan lainnya paling salah. Terkadang merancang kerjasama dalam amal, satu sama lain saling tuding dengan berbagai kepentingan, bahkan ada yang bersumpah untuk merobohkan lawannya dengan berbagai cara. Masya Allah !! Lalu, dengan jumlah mujahid.mujahidah pengemban risalah yang masih sedikit itu, mampukah kita bertahan menjaga agama Allah ?? Bila diri terus larut dalam perpecahan, bila ego dan fanatisme menambah keretakan tak berpangkal dan berujung ? Maka, wahai para pengemban risalah, penegak agama Allah : BERSAUDARALAH !!

Read More …

Jika ada kader dakwah merasakan kekeringan ruhiyah, kegersangan ukhuwah, kekerasan hati, hasad,perselisihan, friksi, dan perbedaan pendapat yang mengarah ke permusuhan, berarti ada masalah besar dalam tubuh mereka. Dan itu tidak boleh dibiarkan. Butuh solusi tepat dan segera.

Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.

Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dai yang berkarakter seperti itulah yang punya semboyan ‘Allahu Ghayaatunaa‘, Allah tujuan kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya.

"Orang ikhlas itu tidak marah dan sakit hati ketika cacian manusia menerpanya.Tidak bangga ketika pujian manusia menghampirinya.Ia akan tetap teguh kala yang lain runtuh,tetap tegar kala yang lain terlempar.Sebab baginya tak ada waktu untuk memikirkan sesuatu selain Allah.Ikhlas…Ikhlas..!!!!"

Read More …

Kehidupan ini, sebenarnya lebih mirip pelangi ketimbang sebuah foto hitam putih. Setiap manusia akan merasakan begitu banyak warna kehidupan. Ia mungkin mencintai sebagian warna tersebut. Tapi yang pasti ia tidak akan mencintai semua warna itu.

Demikian pula dengan perasaan kita. Semua warna kehidupan yang kita alami, akan klta respon dengan berbagai jenis perasaan yang berbeda-beda. Maka ada duka di depan suka, ada cinta di depan benci, ada harapan di depan cemas, ada gembra di depan sedih. Kita merasakan semua warna perasaan itu, sebagai respon kita terhadap berbagai peristiwa kehidupan yang kita hadapi.

Seseorang menjadi pahlawan, sebenarnya disebabkan sebagiannya oleh kemampuannya mensiasati perasaan-perasaannya sedemikian rupa, sehingga ia tetap berada dalam kondisi kejiwaan yang mendukung proses produktivitasnya.

Misalnya ketika kita menghadapi kegagalan. Banyak orang yang lebih suka mengutuk kegagalan, dan menganggapnya sebagai musibah dan cobaan hidup. Kita mungkin tidak akan melakukan itu seandainya di dalam diri kita ada kebiasaan untuk memandang berbagai peristiwa kehidupan secara objektif, ada tradisi jiwa besar, ada kelapangan dada serta pemahaman akan takdir yang mendalam.
Kegagalan, dalam berbagai aspek kehidupan, terkadang diperlukan untuk mencapai sebuah sukses. Bahkan dalam banyak cerita kehidupan yang pernah kita dengar atau baca dari orang-orang sukses, kegagalan menjadi semacam faktor pembeda dengan sukses, yang diturunkan guna menguatkan dorongan untuk sukses dalam diri seseorang. Di sela-sela itu semua, kita juga membaca sebuah cerita, tentang bagaimana kegagalan telah mengalihkan perhatian seseorang kepada kompetensi inti, atau pusat keunggulan, yang semula tidak ia ketahui sama sekali.

Itulah misalnya yang dialami oleh Ibnu Khaldun. Kita semua mengenal nama ini sebagai seorang sejarawan dan filosof sejarah. Ia telah menulis sebuah buku sejarah bangsa-bangsa dunia dengan sangat cemerlang. Tapi yang jauh lebih cemerlang dari buku sejarah itu adalah tulisan pengantarnya yang memuat kaidah-kaidah pergerakan sejarah, hukum-hukum kejatuhan dan kebangunan bangsa-bangsa. Tulisan pengantar itulah yang kemudian dikenal sebagai Muqoddimah Ibnu Khaldun. Di negeri kita “muqoddimah” buku sejarah ini bahkan sudah diterjemahkan, sementara buku sejarahnya sendiri belum dlterjemahkan.
Buku Muqoddimah itulah yang mengantarkan Ibnu Khaldun untuk menduduki posisi sebagai filosof sejarah yang abadi dalam sejarah. Tapi mungkin jarang diantara kita yang tahu kalau sesungguhnya buku itu merupakan hasil perenungan selama kurang lebih empat bulan, atas kegagalannya sebagai praktisi politik.

Takdirnya adalah menjadi filosof sejarah. Bukan sebagal politisi ulung. Tapi mungkinkah ia menemukan takdir itu seandainya ia tidak melewati deretan kegagalan yang membuatnya bosan dengan politik, dan membawanya kedalam perenungan-perenungan panjang diluar pentas politik, tapi justru yang kemudian melahirkan karya monumental?

Read More …

Rasulullah SAW bersabda, ''Apabila seorang di antara kamu berdoa, janganlah dia berkata, 'Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau sudi.' Tetapi, bersungguh-sungguhlah dalam memohon. Dan, mohonlah perkara-perkara yang besar dan mulia (surga atau pengampunan) karena Allah tidak ada sesuatu pun yang besar bagi-Nya dari apa yang telah dianugerahkan.'' (Shahih Muslim No 4838).

Berdoa ibarat pedang bagi seorang Muslim. Ia menjadi alat pelindung bagi siapa pun yang memerlukan. Sederhananya, doa adalah alat untuk menjembatani semua pengharapan dan permintaan hamba pada Tuhannya. Layaknya sebuah bahasa, doa adalah salah satu jenis percakapan antara hamba dan Tuhannya. Ia menghubungkan ketidakberdayaan hamba dan kemahakuasaan Allah. Tentu saja, karena begitu sakralnya, doa berbeda dengan percakapan umumnya. Ia memiliki tata cara, adab, serta etika yang harus dilakukan. Salah satu etika yang harus dilakukan dalam berdoa adalah optimisme dalam berdoa.

Rasulullah melarang kita untuk berdoa dengan lafal yang menunjukkan pesimisme seperti dalam hadis di atas. Walau bisa jadi pelafalan doa itu bermaksud untuk menunjukkan ketidakberdayaan seorang hamba, jangan sampai membuat nuansa bahwa Allah tidak memiliki kehendak untuk mengabulkan apa pun.

Optimisme dalam berdoa pun sering kali ditunjukkan pula dengan seberapa penting dan besar sesuatu yang diminta. Islam mengajarkan etika kepada kita agar meminta dan berharap akan perkara-perkara yang besar, seperti pengampunan dosa dan pengharapan surga. Hal itu menunjukkan seorang hamba mengerti bahwa doa merupakan dialog penting untuk meminta dan berharap hal-hal yang penting pula.

Tidak semua masalah harus dikemukakan. Namun, berharap agar bisa menyelesaikan masalah adalah lebih baik. Tidak semua harapan diutarakan, tetapi meminta agar merasa cukup adalah lebih baik. Sederhananya, setiap hamba memiliki kebutuhan dan harapan, tetapi tidak setiap kebutuhan dan harapan layak untuk dijadikan permintaan dalam berdoa. Begitulah semangat optimisme berdoa yang harus dibangun sehingga nuansa berdoa tidak hilang karena pesimisme kita atau karena kerdilnya permintaan-permintaan kita. Wallahu a'lam.
Read More …

Rasulullah SAW bersabda, ''Setiap jerih payah istri di rumah sama nilainya dengan jerih payah suami di medan jihad.'' (HR Bukhari dan Muslim). Pada dasarnya, Islam telah memberikan keistimewaan kepada para istri untuk tetap berada di rumahnya. Untuk mendapatkan surga-Nya kelak, para istri cukup berjuang di rumah tangganya dengan ikhlas. Tetesan keringat mereka di dapur dinilai sama dengan darah mujahid di medan perang.

Menjadi ibu rumah tangga kedengarannya memang sepele dan remeh, hanya berkecimpung dengan urusan rumah dari A-Z, namun siapa sangka banyak sekali kebaikan dan hikmah yang dapat diperoleh. Ibulah yang mengambil porsi terbesar dalam pembentukan pribadi sebuah generasi.

Pertumbuhan suatu generasi bangsa pertama kali berada di buaian para ibu. Di tangan ibu pula pendidikan anak ditanamkan dari usia dini, dan berkat keuletan dan ketulusan ibu jualah bermunculan generasi-generasi berkualitas dan bermanfaat bagi bangsa dan agama.

Dalam Islam, ini adalah tugas besar, namun sangat mulia dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ''Seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Sayangnya, kebanyakan wanita modern saat ini tidak menyukai aktivitas rumah tangga. Mereka lebih bangga bekerja di luar rumah karena beranggapan tinggal di rumah identik dengan ketidakmandirian dan ketidakberdayaan ekonomi. Maka, jadilah peran ibu di rumah dianggap rendah, dan tidak sedikit ibu rumah tangga yang malu-malu ketika ditanya apa pekerjaannya.

Meskipun seorang wanita tidak bekerja setelah lulus sarjana, ilmunya tidak akan sia-sia, sebab ia akan menjadi ibu sekaligus pendidik bagi anak-anaknya. Kebiasaan berpikir ilmiah yang ia dapatkan dari proses belajar di bangku kuliah itulah yang akan membedakannya dalam mendidik anak. Seorang ibu memang harus cerdas dan berkualitas, sebab kewajiban mengurus anak tidak sebatas memberi makan.

Ia harus mampu merawat dan mendidik anak-anaknya dengan benar, penuh kasih sayang, kesabaran, menempanya dengan nilai dan norma agama agar sang anak mampu menghindar dari pengaruh lingkungan dan kemajuan teknologi yang merusak akal dan akhlaknya. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh seorang ibu yang cerdas.
Read More …

Rasulullah SAW bersabda, ''Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada hatinya, memudahkan urusannya dan dunia (yang hina ini) akan datang kepadanya (dengan sendirinya), dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah akan memberikan (rasa) fakir kepadanya, mempersulit urusannya dan dunia tidak akan mendatanginya kecuali apa yang sudah ditetapkan baginya.'' (HR At-Tirmidzi).

Hadis di atas menjelaskan bahwa cara untuk mendapatkan dunia adalah dengan menjadikan akhirat sebagai tujuan akhir dari perjalanan hidupnya. Ia tidak menjadikan dunia kecuali hanya sebagai tempat untuk mempersiapkan bekal baginya di akhirat kelak. Dengan sikap seperti ini, maka dengan sendirinya dunia akan datang menghampirinya, tanpa ia harus bersusah payah untuk mendapatkannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menyaksikan orang yang berusaha keras dan berjuang mati-matian untuk mengejar dunia. Ambisinya untuk mendapatkan dunia menjadikan mata hatinya tertutup, sehingga ia tidak bisa membedakan antara sesuatu yang halal dan yang haram. Waktu yang seharusnya ia gunakan untuk menghadapkan diri kepada Allah dengan beribadah dan beramal saleh ia abaikan begitu saja, sehingga jiwanya gersang dari nilai-nilai spiritual dan mengantarkannya kepada sifat tamak yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah diperolehnya.

Mengapa ia harus berbuat sejauh itu? Bukankah sabda Rasulullah SAW di atas cukup jelas memberitahukan kepada kita bagaimana caranya mendapatkan dunia, yaitu dengan menjadikan akhirat sebagai tujuan akhir dari perjalanan hidupnya?

Mari kita pertajam mata batin kita dengan melakukan hal-hal positif, kita siram kegersangan jiwa kita dari nilai-nilai spiritual dengan meluangkan waktu kita untuk mengingat Allah SWT dan mendekatkan diri kepada-Nya, kita hiasi identitas keislaman kita dengan cara menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Maka itu semua akan menjadi magnet yang bisa menarik berbagai atribut dunia dan isinya, sehingga dengan sendirinya dunia akan mendatanginya.
Read More …

Ya Muqollibal Qulub Tsabbit qolbi ‘alad diinik…
Ya Muqollibal Qulub Tsabbit qolbi ‘alad da’watik…

Love is a give (Cinta adalah berkah)
Love is the essence of life (Cinta adalah inti sari kehidupan)

Karena cinta Allah bumi ini ada,karena cinta Allah sang surya dapat bersinar.Cinta antar manusia yang membuat hidup tentram dan nyaman.Ketika kita memutuskan untuk mencintai maka tidak ada kata pamrih dalam hal ini.Tapi yang ada adalah kita harus sudah siap memberi yang terbaik kepada yang dicintai tanpa mengharapkan imbalan apapun.

Mirip seperti itulah hakikat menjadi seorang da’i.Dia harus siap mengorbankan hidup dan matinya demi da’wah,jangan berjuang setengah-setengah karena hasilnya pun tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan.Seorang da’i haruslah memberi untuk kebangkitan Islam mulai dari harta,ide,gagasan,dll.Tapi yang perlu kita ingat juga adalah kita jangan sampai pernah mengharapkan menerima sesuatu dari setiap kerja da’wah.Itulah yang namanya ikhlas.

Seorang da’i harus siap menjadi jundi dan pada saat yang sama pula siap sebagai qiyadah,siap dipimpin dan di waktu yang sama juga siap untuk memimpin.Siap mengeluarkan uang untuk da’wah sebagai investasi akhirat kita dan siap juga untuk mengeluarkan tenaga untuk da’wah.
Saya teringat kata-kata dari Ust.Darlis bahwa “Hubungan ikhwan dan akhwat aktivis da’wah adalah seperti saudara.Cukup sampai disana saja.Kalaupun terjadi gangguan hati yang merupakan sunatullah akibat adanya interaksi,hal itu tidak akan melebihi taraf SIMPATI (SIMPan dAlam haTI).Kecuali kalau Allah memberikan kesempatan padanya untuk menyelesaikan setengah agamanya”.

Jika Allah telah menentukan jodoh untuk kita.Mengapa kita takut menjadi jomblo tua ??Ada satu hal yang akan datang dengan sendirinya pada kita semua yaitu jodoh.Sehingga jangan sampai hal ini membuat kita ragu akan janji Allah pada kita.Ingat masih panjang langkah da’wah kita.Masih begitu banyak lahan da’wah yang belum kita jamah.Jangan sampai da’wah kita berpenyakit karena masalah ini.

Da’wah adalah sesuatu yang suci.Sehingga orang yang berhak dan akan bertahan dalam jalan ini adalah orang yang niat ikhlas membersihkan dirinya.Dia ikut tarbiyah dengan keikhlasan bukan karena ingin menikah dengan akhwat berjilbab.Bukan ingin ketenaran tapi dia berda’wah ingin menuju jannah-Nya.Bukan ingin mendapatkan jabatan fans atau lainnya.

Utk ikhwan…
Bila anda istiqomah di jalan da’wah ini,
Bidadari telah menanti anda di syurga nanti…
Utk Akhwat…
Bila anda istiqomah di jalan da’wah ini,
Anda lebih baik dari bidadari yang terbaik yang ada di surga…
Read More …

Pemuda memiliki semangat tinggi untuk melakukan perubahan. Energi positif itu terpancar ketika mereka melihat suatu kejanggalan pada bumi pertiwi. Pola pikir dan daya analisis yang tinggi terhadap masalah bangsa membuat mereka merasa terpanggil untuk melakukan percepatan perbaikan tanah air menuju ke arah yang lebih baik. Lalu, melihat realita sosial saat ini, apa yang bisa mereka lakukan?. Persaingan global yang semakin panas ditambah pesatnya perkembangan dunia teknologi membuat ekonomi kita semakin jauh tertinggal. Tayangan televisi yang tidak mendidik justru semakin marak disiarkan. Banyak generasi muda kita yang terjerumus ke dalam lembah kebodohan hanya karena tidak mampu memilah tayangan yang pantas ditonton.

Melihat kenyataan yang terjadi saat ini, maka dibutuhkan sosok pemuda yang dapat melakukan akselerasi perbaikan bangsa. Akselerasi tersebut dapat terwujud melalui tindakan nyata dan peran yang dapat mereka berikan. Lalu, peran seperti apakah yang dapat membawa kita menuju ke gerbang kesejahteraan ?. Tidak adanya ekonom brilian yang bergerak bersama di negeri ini untuk dapat memahami, mencerna dan menemukan jalan keluar bagi krisis ekonomi merupakan salah satu penyebab kemunduran bumi pertiwi. Begitu juga dimensi-dimensi lain dimana masing-masing pribadi bergerak sendiri untuk memenuhi kebutuhan dan keuntungan pribadi. Mereka memang manusia-manusia brilian dan jenius tetapi seperti lidi yang berserakan, tidak terorganisasi menjadi kekuatan bangsa di bawah sebuah kepemimpinan yang solid. Kepemimpinan yang kuat dan baik tidaklah menjamin semua kesulitan kita selesai, tapi kepemimpinan yang kuat dan baik memastikan bahwa semua solusi strategis dan teknis yang kita rumuskan dapat bekerja secara benar dan efektif. Tapi, itu pulalah yang menjadi kunci masalah dimana semua berakar dari sana : krisis akhlak dan kepemimpinan.

Jika kita menyusuri sejarah bangsa ini, kita akan bertemu generasi 1900-an yang mempelopori kebangkitan nasional dengan terbentuknya Boedi Oetomo sebagai organisasi yang boleh dikatakan sebagai titik awal terbentuknya organisasi yang bersifat nasional. Dilanjutkan dengan perjuangan generasi 1928 yang berhasil mempelopori persatuan nasional melalui Sumpah Pemuda. Lalu, kita akan bertemu dengan generasi 1945 yang mempelopori perjuangan kemerdekaan dan generasi 1966 yang berhasil mengakhiri rezim Orde Lama. Semua angkatan itu silih berganti sampai datang angkatan 1998 yang mampu menumbangkan rezim Orde Baru. rangkaian sejarah ini membuktikan bahwa peran pemuda sangat dinantikan untuk percepatan perbaikan bangsa. Mereka bersatu dengan meluruskan akhlak dan niat untuk menuju perbaikan Indonesia. Mereka bergerak di bawah kepemimpinan yang jelas dan terarah. Mereka bersatu padu seperti seikat sapu lidi yang mampu membersihkan sampah-sampah yang berserakan.

Indonesia membutuhkan peran kita saat ini. Kita sebagai mahasiswa misalnya, menjadi profesional di bidang kita adalah salah satu cara yang paling efektif. Berkumpul bersama dengan pemuda lain yang memiliki visi searah lalu kita membentuk sebuah gerakan nonanarkis yang tersusun secara rapih. Lalu kita berusaha menuju ke sektor-sektor penting yang menjadi pusat pengambil keputusan atau sektor yang menguasai hayat hidup bangsa ini. Kita bergerak bersama dengan tujuan untuk memperbaiki bangsa ini. Kita bergerak dibawah arahan yang jelas. Karena itu kita butuh pemimpin yang mampu menjalankan fungsi pembangkit kekompakan agar pergerakan kita tidak mengalami perpecahan intern. Selain itu, kita butuh integritas akhlak dan kepribadian. Sikap-sikap ini dapat dilatih dengan cara aktif di organisasi seputar kampus atau lingkungan masyarakat. Banyak ilmu yang dapat ditimba di sana. Pendewasaan pikiran, peningkatan daya analisis, dan kemampuan untuk bekerja dalam tim dapat kita peroleh. Semakin strategis jabatan dalam organisasi maka semakin banyak hal yang dapat diperoleh untuk pengembangan diri dan wawasan.

Pemuda adalah harapan bangsa. Kelak mereka yang akan menahkodai bangsa ini. Semua tergantung dari seberapa besar pengorbanan yang akan mereka persembahkan. Kita hanya bisa berharap semoga mereka mampu memaksimalkan kinerja mereka masing-masing untuk memajukan bangsa ini.

Read More …

Dari sudut lampu merah, masing-masing hati yang berhenti sejenak melabuhkan persinggahan perasaannya dengan beragam kisah (tentunya pembaca juga sedang mengenang kembali renungan-renungan yang sempat hadir ketika itu, ya kan ?). Ada sederet keluh kesah karena takut terlambat, mungkin ada juga yang membuka kembali memori pertengkaran di rumah yang tak seharusnya terjadi, barangkali juga ada yang bertanya-tanya dalam hati siapa gerangan jodoh yang akan didatangkan Allah untuknya. Sejumlah renungan lain hanya milik hati-hati yang melakoninya. Sampai dimanakah renunganmu sobat ?

Saking asyiknya kita memikirkan nasib diri sendiri, kita luput memperhatikan pemandangan-pemandangan di sekeliling yang seyogyanya bisa mengetuk relung hati yang terdalam. Ternyata, ketika kita egois terhadap kebutuhan diri, ada saudara-saudara kita yang berjuang untuk mewujudkan cita-citanya. Ada segerombolan anak jalanan berusia balita yang tak mengerti untuk apa mereka bekerja dan saya yakin mereka juga tidak terlalu mengerti makna lagu yang mereka lantunkan hingga syair-syairnya bukan untuk sebuah keindahan tapi benar-benar mengharapkan receh sisa belanja kita (yang kadang kita pun malas merogohnya dan sesampai rumah receh itu tercampak begitu saja). Ironis lagi, cita-cita itu memang bukan milik mereka. Dari sebuah berita televisi ada beberapa orang tua yang mengakui kalau mereka terpaksa mengerahkan anak-anak mereka karena mereka tidak tahu bagaimana lagi harus mengais rezeki.

Setiap pandangan yang dilayangkan, menghadirkan rasa kasihan…

Seorang bapak peniup harmonika tidak bosan-bosannya melantunkan nada sepanjang hari walau bibirnya telah kering dan terik matahari menghadirkan rasa haus. Barangkali anak-anaknya sedang membutuhkan uang untuk pendaftaran sekolah atau isterinya sedang kritis menunggu saat persalinan. Wallaahu a'lam, kita tidak pernah tahu untuk apa mereka selalu setia berada di sudut lampu merah karena pandangan kita berlalu seiring lampu hijau yang menyala dan kembali asyik dengan diri sendiri. Maafkan hamba ya Allah.

Baru-baru ini ada berita mengejutkan di suatu daerah di Jawa Barat, seorang pelajar SD kelas lima berusia 12 tahun nekad gantung diri di rumahnya. Rasa malu kepada guru dan teman-temannya karena tidak bisa membayar uang prakarya sebesar Rp. 2500 telah membuatnya melakukan tindakan yang tidak biasanya terpikir oleh anak seusianya. Mungkin dia adalah anak dari seorang manusia yang telah berjuang habis-habisan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Uangnya hanya cukup untuk makan dan Rp. 2500 sudah tak mungkin lagi didapat. Mungkin orang tuanya juga telah mati-matian untuk mendapatkan pinjaman namun tidak ada tetangga yang peduli. Barangkali juga dia telah mencoba bergabung di sudut lampu merah untuk meraih receh demi receh tapi kalah oleh kerasnya persaingan. Wallaahu a'lam, kita tidak pernah tahu… karena kita tak pernah menyentuh lebih dalam kebutuhan mereka.

Yah, baru sebatas kasihan yang kita punya. Lalu, risalah kasih sayang yang diantarkan oleh Rasul kita tercinta kemana menguapnya ? Penyesalan ini sering datang hingga dalam hati ada keinginan “aku harus menjadi kaya” hingga besok tidak hanya sebatas kasihan yang bisa didendangkan tapi berbuat, berbuat dan berbuat hingga tak ada lagi berita saudara seiman kita pindah keyakinan karena merasa sendiri di dunia ini dan tidak ada lagi saudara kita yang merasa sendiri dengan ujiannya. Yah, kita harus kaya! Kita harus bisa memberi solusi yang real! kaya materi dan kaya hati, tentunya dengan ikhtiar yang sempurna seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW (entrepreneur sejati dalam tuntunan Allah)… di mana dalam catatan sejarah ditulis bahwa Rasulullah selalu memberikan miliknya terbaik kepada siapapun yang membutuhkan bahkan kepada yang memusuhi beliau sekalipun. Semoga kita bisa !

"Tiadakah mereka melakukan perjalanan di muka bumi, sehingga mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka merasa, dan mempunyai telinga yang dengan itu mereka mendengar? Sungguh, bukanlah matanya yang buta, tetapi yang buat ialah hatinya, yang ada di dalam (rongga) dada" (Q.S 22 Surat Al Hajj ayat 46)
Read More …

Walaupun saat ini krisis multidimensi masih membelenggu, namun sebuah kehidupan yang terhormat dan berwibawa yang dilandasi keadilan dan dipenuhi kemakmuran masih mungkin dibangun. Untaian zamrud khatulistiwa ini masih mungkin dirajut menjadi kalung sejarah yang indah. Tidak peduli seberapa berat krisis yang mencekik kita saat ini. Tidak peduli seberapa banyak kekuatan asing yang menginginkan kehancuran bangsa ini.Masih mungkin.

Dengan satu kata: PAHLAWAN!

Tetapi jangan menanti kedatangannya atau menggodanya untuk hadir ke sini. Sekali lagi, jangan pernah menunggu kedatangannya seperti orang-orang lugu yang tertindas itu; mereka menunggu datangnya Ratu Adil yang tidak pernah datang. Mereka tidak akan pernah datang. Mereka bahkan sudah ada di sini. Mereka lahir dan besar di negeri ini.

Mereka adalah AKU, KAU, dan KITA SEMUA.

Mereka bukan orang lain.Mereka hanya belum memulai. Mereka hanya perlu berjanji untuk merebut takdir kepahlawanan mereka; dan dunia akan menyaksikan gugusan pulau-pulau ini menjelma menjadi untaian kalung zamrud kembali yang menghiasai leher sejarah.

Dalam lintasan sejarah, bangsa Amerika pernah mengalami depresi ekonomi terbesar dalam sejarah dari tahun 1929 hingga 1937. Selang lima tahun kemudian, mereka menerjunkan diri dalam Perang Dunia Kedua, dan mereka menang. Selama masa itu, mereka dipimpin oleh seorang pemimpin yang lumpuh, dan satu-satunya presiden yang pernah terpilih hingga empat kali. Dialah Franklin Delano Roosevelt. Krisis telah membangkitkan Amerika. Selama masa depresi, mereka menemukan teori makro-ekonomi yang sekarang kita pelajari di bangku kuliah dan menjadi panduan perekonomian sejagat. Mereka kini menjadi Sang Adidaya.

Itulah yang terjadi ketika krisis dikelola oleh tangan-tangan dingin para pahlawan. Mereka mengubah tantangan menjadi peluang, kelemahan menjadi kekuatan, kecemasan menjadi harapan, ketakutan menjadi keberanian, dan krisis menjadi berkah.Pahlawan bukanlah orang suci dari langit yang diturunkan ke bumi untuk menyelesaikan persoalan manusia dengan mukjizat, secepat kilat untuk kemudian kembali kelangit. Pahlawan adalah orang biasa yang melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, dalam sunyi yang panjang, sampai waktu mereka habis. Mereka tidak harus dicatat dalam buku sejarah, atau dimakamkan di taman makam pahlawan. Mereka juga melakukan kesalahan dan dosa. Mereka bukan malaikat. Mereka hanya manusia biasa yang berusaha memaksimalkan seluruh kemampuannya untuk memberikan yang terbaik bagi orang-orang di sekelilingnya. Merakit kerja-kerja kecil jadi sebuah gunung.

Semoga di Hari Pahlawan ini muncul para pahlawan baru negeri ini yang siap mengorbankan jiwa raganya demi kejayaan negeri ini.Yaa Allah izinkanlah aku tuk menjadi salah seorang penggerak kebangkitan negeri ini.Amiin
Read More …

Berdakwah untuk menyeru manusia kepada kebaikan, jika disertai dengan penyimpangan perilaku para da’i, merupakan penyakit yang akan menimbulkan kebimbangan dalam diri. Tidak hanya pada diri seorang da’i, tetapi juga terhadap dakwah. Hal inilah yang mengacaukan hati dan pikiran masyarakat karena mereka mendengar kata-kata yang indah tetapi menyaksikan perbuatan yang buruk. Saat itulah, mereka bingung untuk menilai ucapan dan perbuatan.

Di satu sisi, di dalam jiwa mereka berkobar api semangat yang disulut oleh aqidah, namun di sisi lain, cahaya hati yang bersumber dari keimanan meredup, lalu padam. Mereka tidak lagi percaya kepada agama setelah kehilangan kepercayaan kepada para da’i yang menyebarkannya.

Kata-kata yang.diucapkan mati dan kaku sekalipun terdengar begitu indah, menarik, dan penuh semangat. Kata-kata itu kehilangan makna dan kekuatannya karena muncul dari hati yang tidak meyakininya. Siapa pun tidak bisa meyakini kata-kata yang diucapkan sebagai suatu kebenaran kecuali jika dirinya menjadi contoh hidup dari ucapannya, dan perwujudan nyata dari kata-katanya. Saat itulah, orang lain bisa meyakini dan memercayainya, sekalipun tidak dihiasi oleh retorika yang indah dan menarik. Sebab, kekuatannya terletak pada pengamalan bukan pada hiasan.

Daya tariknya terletak pada ketulusan, bukan pada keindahan retorika. Ketika itu, kata-kata berubah menjadi kekuatan penggerak yang hidup karena berasal dari jiwa yang hidup." Jiwa sang da’i atas izin Allah telah menjelma menjadi ruh baru di tubuh ummat. Wallahu’alam
Read More …

Setelah sekian tahun lamanya kemerdekaan Indonesia berlaku di negeri tercinta ini. alangkah ironisnya jika ternyata prestasi Indonesia pada saat ini tidak lebih baik, bahkan sangat sulit bersaing dengan negara-negara asean lain yang notabene telat merdeka ketimbang negara ini. sesungguhnya apa yang terjadi di Indonesia? coba perhatikan berapa jumlah penduduk yang ada di negara ini? dengan kekuatan sekitar 240 juta jiwa di Indonesia logikanya kita menang jumlah dengan negara-negara yang lain.

Alangkah mengkhawatirkannya negara ini setelah sekian lama merdeka akan tetapi predikat negara ini masih saja sering disebut sebagai negara berkembang. sangat jauh dari pengharapan apa yang terjadi di negeri ini, di saat negara lain maju pesat dengan sangat baiknya, sedangkan kita masih banyak dari setiap warganya yang hanya berkutat dengan hal- hal yang tidak penting.

Kemajuan suatu negara tergantung dari produktivitas para pemudanya. jika kita melihat kalimat tersebut, akan ada sebuah pertanyaan " bagaimana keadaan pemuda Indonesia saat ini?" kasian banget dengan pertanyaan tersebut, kenapa? karena yang pasti yang akan anda temui ( sebagian besar) pemuda di Indonesia memiliki peringkat yang tinggi dalam hal free sex, miras, narkotik, kasus kriminal, pengangguran. dan sangat anjlok dalam hal moral, pendidikan, produktivitas, disiplin, pengorbanan, kedewasaan, lapang dada dan banyak lagi hal-hal yang mendasar anjlok pada pribadi pemuda di Indonesia.

Yang menjadi harapan negara ini kedepan adalah pemuda, atau lebih tepatnya lagi KITA SEMUA! oleh karena itu, peran kita dalam membantu negara ini adalah harga mati jika kita memang ingin negara ini tetap bersaing dengan negara maju lainnya. bayangkan apa yang akan terjadi jika di masa yang akan datang pemimpin negara ini adalah mahasiswa yang pernah menyontek dalam ujian di kampusnya, bayangkan jika pengurus negara ini adalah pemuda yang pernah mabok, bahkan kriminal di masa saai ini. memang tidak menutup kemungkinan bahwa setiap orang dapat berubah dari jelek menuju baik di selang kehidupan kita. akan tetapi coba bayangkan jika anda tidak akan berubah, dan anda memang tidak akan berubah jika anda hanya diam saja, jika kita hanya diam saja, jika kita tidak coba untuk bertindak. action. dan membuat hal yang bermanfaat bagi negeri ini. yang saya fahami adalah kebaikan yang besar adalah merupakan kumpulan dari kebaikan-kebaikan kecil. oleh karena itu jangan takut untuk berbuat baik walaupun anda berpikir itu sangat kecil, karena kita yakin bahwa Allah akan membalasnya dengan sebaik mungkin apa yang telah kita kerjakan. jangan kecewakan negeri ini. karena kita sudah dipercaya untuk memajukannya, jangan kecewakan umur anda karena anda telah dipercaya untuk mempergunakannya dengan sebaik mungkin. oleh karena itu bangkitkan semangat anda untuk berubah menjadi lebih baik, ibadah jangan sampai terlewat, studi sukses dengan gemilang, hindari hal-hal yang tidak penting. karena di tempat yang lain, banyak golongan yang ingin sekali agar kita bangsa indonesia ini diam. karena dengan begitu, mereka bisa memeras uang kita.

Tidak percaya? coba lihat apakah produk dalam negeri barjaya di negeri sendiri? tidak motor mana yang buatan indonesia? kalaupun ada apakah pernah diiklankan? masya Allah alangkah malu negeri ini, alangkah malunya bangsa, dan harusnya yang paling malu adalah para pemudanya ( itu juga kalau mereka sadar)
yang harus kita lakukan sekarang hanyalah berubah menjadi lebih baik, menghasilkan karya-karya untuk negeri ini, membantu sesama, dan buktikan pada dunia bahwa kita memang pemuda indonesia seperti layaknya para pemuda ketika sumpah pemuda dahulu, bahkan kita harus yakin bahwa kita bisa lebih baik dari mereka. apapun caranya kita adalah yang paling diharapkan di negeri ini. Allahu akbar
Read More …

Kita sudah tau bahwa cinta yang harus di pupuk itu adalah kecintaan kita kepada Allah.Jika kita sudah memberikan yang Terbaik untuk Allah dan Dakwah ini maka Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita...pandidikan yang terbaik,prestasi yang terbaik insyaAllah kalau saatnya tiba juga diberikan jodoh yang terbaik.Jadi buat apa kita mengotori hati kita dengan kecintaan yang belum pasti kita para Aktivis yang sudah tertarbiyah seharusnya gak wajar memikirkan hal-hal yang tidak berguna semacam itu...kecintaan pada Allah lah yang tertinggi.
Logikanya gini,kalau seandainya temen2 kita yang masih Ammah mengumbar syahwatnya dengan pacaran sms an teleponan dan sebagainya itu karena mereka blom paham, Nah kalau kita para Aktivis

Dakwah juga melakukan kegiatan seperti "mereka" misalnya sms-an dan segala macemnya...WAJAR GA????? nggak khan.Klau ada diantara aktivis dakwah yang terserang virus ini ...istighfarlah..dan mohon ampunan pada Allah sebanyak-banyaknya.Perbaiki niat kita lakukan yang tebaik buat dakwah ini.Jangan bikin kotor dakwah dengan tingkah laku kita.

Ustadz Rahmat Abdullah (Alm) pernah ngomong. Kalo sebenarnya Allah akan senantiasa menguji manusia pada titik terlemahnya. Artinya, kalo kita selalu mengalami kesulitan atau kelemahan dalam hal memenej hati untuk nggak jatuh kedalam sesuatu yang dinilai maksiat. Termasuk ketidakmampuan kita untuk menjadikan rasa mencintai yang awalnya fitrah justru membuka jalan untuk membuat kita lalai terus menerus. Maka pada titik itulah Allah selalu ngasih ujian sampai kita berhasil untuk menaklukkan kelemahan itu.

Please deh, kita ini mikul amanah yang berat banget. Apapun yang ada dalam diri seorang kader itu jadi cerminan di masyarakat. Nggak asik kan kalo tiba-tiba orang yang ngerasa simpati dan tertarik dengan jihad kita pada kecewa dan lari karena ternyata sang kader pun nggak punya daya tahan yang lebih untuk mengontrol nafsunya. Karena masyarakat nggak perlu khutbah yang cuma di lisan aja, tapi juga refleksi dari para kader untuk pembuktian yang lebih meyakinkan.

Oke deh, semoga ini menjadi perenungan untuk kita semua (terutama bagi yang kesindir tolong dimasukin ke hati, he..he). Agar jangan karena alasan keduniaan ngebuat kita jadi rapuh dan jauh dari keridhoan Allah.
Read More …

Jika engkau cinta
Maka da`wah adalah kefahaman
Jika engkau cinta
Maka da`wah adalah keikhlasan
Jika engkau cinta
Maka da`wah adalah `amal

Sungguh, Cinta itu amat penting dalam da'wah. Tanpa cinta, amal apapun akan menjadi sia-sia. Sebaliknya, dengan cinta, semua jadi bermakna. Abu sulaiman berkata, ” beruntunglah orang yang mengayunkan satu langkah kakinya dengan benar, yang tidak menginginkannya kecuali karena Allah semata.” Cinta disini bukanlah semata kepolosan atau keluguan perasaan. Cinta adalah perkara yang lahir dari hati orang yang orang tersebut mengetahui bila hatinya memiliki cinta itu. Cinta seperti ini yang kadang berbuah istimewa, hingga dapat mengubah orang biasa menjadi luar biasa di sisi Allah SWT.

Da'wah haruslah di iringi dengan profesionalitas dan niat baik. Da'wah yang profesional dapat di kaitkan dengan cinta. Karena cinta selalu terkait dengan pemberian dan semangat. Jika cinta unsur batinnya, pemberian adalah unsur lahirnya dan da'wah adalah unsur amalnya. Da'wah dengan cinta adalah memberi dengan tulus. Memberi dengan tulus adalah bukan karena terpaksa. Jadi bukanlah karena ingin popularitas apalagi menjilat. Da'wah tidak selalu tanpa perhitungan, karena banyak da'wah yang tidak di landasi dengan kemampuan akan bernilai negatif.

Ingat juga cinta juga tidak boleh berlebihan. Dari hadis riwayat bukhari kita bisa mengambil pelajaran dari sahabat rasulullah saad bin abi waqqash yang memberikan dua pertiga dari hartanya karena ia merasa akan mati dan hanya ada seorang anak perempuan yang akan memawisi hartanya. Rasulullah tidak membolehkan. Dan hanya boleh sepertiga dari hartanya, karena ia masih mempunyai anak. Rasulullah pun berkata, ” Sesungguhnya meninggalkan keturunanmu dalam keadaan kaya lebih baik dari pada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin.” Jadi dengan cinta, da'wah bukanlah cerita konyol seperti cinta romeo kepada juliet. Ia adalah sebuah semangat yang mengerakan. Ia bicara tentang kefahaman, keikhalasan, amal, jihad, ketaatan, pengorbanan, keteguhan, totalitas, kepercayaan, dan persaudaraan. Wallahu 'Alam wa Lilahil 'Izzah
Read More …

Mengembalikan "Ikhwan" yang Pemberani, Bersemangat dan Tangguh Ke Medan Perjuangan

Dear Dani,
Aku adalah dirimu. Di surat ini aku ingin sedikit bercerita tentang Perjuangan. Perjuangan yang pernah kita titi bersama dengan pejuang-pejuang lainnya.Perjuangan yang mencetakku dari dasar jiwamu menjadi pribadi yang tangguh. Yang tak memerlukan setetes air mata sedikitpun ketika perih meradang. Sebuah perjuangan yang telah memetakan antara aku dan kau menjadi bagiannya.
Kau tak dapat menyangkalnya,"Akhii". Karena semua itu sudah menjadi bagian dalam hidupmu. Berbagai kejadian silih berganti itu menghampirimu bukan untuk membuatmu lemah, KARENA KAU TAK DICIPTAKAN UNTUK LEMAH. Justru karenanya kau seharusnya semakin tangguh!!! Jangan pernah bertanya.Kenapa harus kau yang menjalaninya…..Harap ingat atau aku sekedar mengingatkanmu.Kenapa kau harus menjalaninya?Karena kau memang pilihan dan kau mempunyai kekuatan yang tak semua orang memilikinya. Karena itu dipilihlah kau untuk menjalani ujian itu.Sekarang… jawablah!Kenapa kau mengelak sekan kau lari dari masalah.Kenapa harus berontak??
Sebagaimana pernah kau tulis:
Kau dibesarkan menjadi laki-laki pemberani.Dan aku harus menjadi sepertinya.Ketangguhan menyibak tirai untuk terang benderang jalan kehidupan.Untuk berbagi kebahagiaan.Hidup bukan untuk diri sendiri.Tapi hidup kian bermakna ketika hidup juga untuk kehidupan yang lain
Ya Dani…
Hidup adalah perjuangan, memang itu adanya. Suka dan Duka memang harus dihadapi secara dewasa. Jatuh dan bangun adalah hal biasa. Kita diberi kesempatan hidup, kesempatan untuk menjalani kehidupan luar biasa dan tak sekedar kehidupan biasa tanpa berbuat apa-apa. Perjuangan membutuhkan pengorbanan, tak kan ada perjuangan tanpa pengorbanan.
"Akhi" …
BUKAN namanya Perjuangan ketika Menyerah menghadapi kesulitan
BUKAN namanya Perjuangan ketika putus asa di tengah jalan
BUKAN namanya Perjuangan ketika berdiam diri diantara banyak kesempatan
BUKAN namanya Perjuangan ketika tak segera BANGKIT dari Keterpurukan
BUKAN namanya Perjuangan jika tak disertai Kesungguhan
BUKAN namanya Perjuangan Lari dari kancah peperangan
BUKAN namanya Seorang Pejuang yang banyak angan-angan tanpa merealisasikan dengan PERBUATAN
Akan Tetapi
Perjuangan adalah Kegigihan di tengah badai kesulitan
Perjuangan adalah Ketangguhan dalam setiap KEADAAN
Perjuangan adalah Semangat meraih kesempatan
Perjuangan adalah Bersegera BANGKIT dari Keterpurukan
Perjuangan adalah keberanian menjawab tantangan
Dan Seorang Pejuang adalah realisator sebuah Ma’na dalam Perbuatan
Saatnya menyusun harapan menatap masa depan, maafkan masa lalu dan tutup selama-lamanya, saatnya membuka lembar yang baru. Menjadi "Dani" yang baru, "Dani" yang tangguh dalam kondisi apapun, "Dani" yang lahir sebagai pejuang kehidupan.
Read More …

Setiap kita sangat pasti memiliki cita-cita, impian, keinginan dan semacamnya. Disaat impian itu sudah matang berikut perencanaan untuk mendapatkannya. Maka dengan semangat baja kita berusaha keras mengeluarkan seluruh modal kita, keahlian serta potensi untuk mewujudkan impian-impian itu. Tak jarang pikiran terperas, tenaga terkuras, tubuh basah berpeluh keringat, atau bahkan luka-luka berbekas di sekujur tubuh kita.

Namun terkadang setelah semua itu, bukan impian yang terwujud tetapi sesuatu yang ditakuti hampir semua orang. Sebuah tulisan besar dengan kalimat yang sangat jelas muncul tepat di hadapan kita “ANDA GAGAL.”

Tak dapat di pungkiri, realitas ini seringkali membuat kita kecewa, terlepas besaran kekecewaan itu. Kemudian ungkapan-ungkapan motivasi berdatangan untuk memulihkan semangat kita, “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”/ ”kegagalan adalah tiket menuju keberhasilan” dan banyak lagi kata-kata motivasi lainnya.Terlepas dari semua itu, ada hal yang seharusnya kita sebagai muslim evaluasi lebih mendalam, yaitu nilai kapasitas/kualitas diri kita. Akan selalu ada hukum alam, hukum sebab akibat. Seperti, benda jatuh karena ada gravitasi, benda beku karena dingin, kertas terbakar karena terkena api dll. Begitupun saat kita belum mendapatkan apa yang kita inginkan setelah semua dikerahkan. Sebuah kalimat yang seharusnya ada dibenak kita adalah “Allah Maha tahu, saya belum siap untuk itu…” Karena setiap kejadian yang terjadi tidak terlepas dari kehendak Allah.

Ketika ada seorang anak kecil bermain perang-perangan kemudian sang anak meminta kepada Ayahnya pistol asli berisi peluru tajam. Maka sangat pasti sang Ayah tidak akan mengabulkan. Mengapa? Karena sang Ayah tahu, anaknya belum siap untuk itu. Tetapi akan ada suatu masa sang anak mendapatkannya bahkan tanpa harus meminta yaitu saat ia sudah beranjak dewasa kemudian menjadi seorang anggota polisi, pistol akan diberikan kepadanya. Sama halnya dengan kita, jika kapasitas kita baik keilmuan maupun pengalaman belum mencukupi untuk menerima yang kita inginkan maka Allahpun tidak akan memberikannya.

Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada kita, Karena Allah tidak ingin kita terpuruk, terjerumus kepada kenistaan yang menjadikan kita termasuk orang-orang yang ingkar kepada-Nya. Allah menjaga diri kita. Allah Maha Tahu nilai kapasitas kita, maka Dia pun akan memberikan yang sesuai untuk kita. Jika kapasitas kita menurut Allah baru bisa menangani warung, maka Dia pun akan memberikan warung kepada kita bukan perusahaan besar dengan ribuan pekerja dibawahnya. Jadi yang seharusnya kita lakukankan adalah selalu meningkatkan kualitas dan kapasitas diri kita. Karena ketika kualitas dan kapasitas kita sudah mencukupi untuk memimpin perusahaan besar, maka Allah pun akan memberikannya untuk kita

Oleh karenannya berhenti belajar, berhenti mencoba adalah tips jitu menuju kesengsaraan. Mengambil istilah Andreas Harefa dalam bukunya “On Becoming a Learner” kita seharusnya menjadi MANUSIA PEMBELAJAR, bahkan lebih dari pada itu menjadi a Fast Learner, pembelajar cepat. Yang selalu mengambil hikmah dari apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasa dan kita baca. Semoga Allah bersegera mewujudkan impian kita.
Read More …

Sementara sejumlah pemimpin dunia merendahkan diri mereka dengan bersuka cita merayakan 60 tahun berdirinya "negara" Zionis Israel, warga Palestina merayakan hari kelabu itu dengan menerbangkan ribuan layang-layang, melepaskan balon-balon dan mengibarkan bendera-bendera yang semuanya berwarna hitam di langit Al-Quds, wilayah Yerusalem Timur yang dijajah Israel.
Warna hitam menandai hari kelam bagi warga Palestina yang tanah dan rumah-rumahnya dirampas gerombolan Yahudi Zionis yang ingin mendirikan "negara" dengan cara paksa di tanah Palestina. Ketika itu, gerombolan Yahudi Zionis mengusir warga Palestina dari tanah airnya sendiri, sehingga banyak di antara mereka yang kini hidup di pengungsian dan tidak pernah mendapat izin dari rejim Zionis untuk kembali lagi ke tanah kelahiran mereka.
Hari ini, 15 Mei, 60 tahun sudah gerombolan Yahudi Zionis membawa malapetaka bagi rakyat Palestina. Komite Peringatan Hari Nakba (Hari Malapateka) Nasinal di Palestina menggelar kampanye "21.915 Balon Hitam", angka itu melambangkan jumlah hari (365 hari x 60 tahun) penjajahan Zionis Israel terhadap bangsa Palestina.
"Pada tanggal 15 Mei, kami akan melepas 21.915 balon-balon berwarna hitam ke langit Al-Quds, " demikian bunyi pernyataan panitia kampanye yang dimuat di situs jaringan pertemanan Facebook.
Sedikitnya 2.000 orang menyatakan mendukung kampanye itu. Panitia kampanye menyerukan seluruh rakyat Palestina untuk berpartisipasi. "Kami mengajak Anda semua untuk ikut serta dengan mengenakan pakaian berwarna hitam dan melepaskan balon-balon, layang-layang dan mengibarkan bendera berwarna hitam, " demikian bunyi seruan mereka.
Di dalam balon-balon itu, akan diselipkan surat dari anak-anak Palestina berisi ungkapan perasaan mereka tentang Hari Nakba dan masa depan Palestina.
Menurut Komite Peringatan Hari Nakba Nasional di Palestina, kampanye itu mereka lakukan untuk mengimbangi perayaan berdirinya "negara" Zionis Israel yang dilakukan warga Israel dan sejumlah tokoh dunia. Dalam pernyataannya mereka menulis, "Tujuan kami adalah mengubah warna langit di tengah suka cita Israel. Supaya orang-orang tahu, ada sisi lain dari kisah berdirinya Israel, sebuah sisi yang penuh luka hati, penderitaan dan perampasan."
Balon-balon berwarna hitam itu rencananya akan diterbangkan pada saat Presiden AS George W. Bush yang sedang berkunjung ke Israel, memberikan pidatonya di hadapan parlemen Israel hari ini, Kamis (15/5). "Ini akan menjadi jawabab bagi pidato Bush dan sikap AS yang bermusuhan dengan kami, " kata mereka.
Sementara itu, Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad mengecam Israel yang menggelar pesta gala dalam peringatan 60 tahun berdirinya "negara" Zionis itu. "Saya katakan pada warga Israel, bagaimana Anda bisa berpesta sementara rakyat Palestina menderita? Bagaimana Anda merasakan kebebasan dengan cara merampas tanah dan kemerdekaan orang lain? Bagaimana Anda bisa berpesta sementara rakyat Palestina menderitaa akibat pemukiman-pemukiman yang Anda bangun, kejahatan yang dilakukan warga Anda, blokade yang Anda lakukan dan kekejaman yang dilakukan tentara-tentara Anda? " tandas Fayyad.
Read More …

Bersemangat dalam menyambut panggilan da'wah menunjukkan adanya keseriusan (jiddiyah) karena keseriusan adalah salah satu ciri kader militan. Keimanan seseorang belum sempurna kecuali apabila mendengar panggilan Allah dan Rasul-Nya segera menyambut panggilan tersebut dengan senang hati dan penuh semangat, Al-Qur'an mengingatkan kita tentang hal itu

"Hai orang--orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan". (Al-Anfal :24 ).


Kader da'wah apabila mendengar panggilan da'wah ia sambut dengan kata-kata "sam'an wa tha'atan" (kami dengar dan kami taati) "labaik wa sa'daik" (kami siap melaksanakan perintah dengan senang nati). Para sahabat Rasul di saat menjelang perang Badar, ketika Rasul ingin mengetahui kesiapan mereka untuk perang menghadapi musyrikin Quraisy, mengingat tujuan awal mereka bukan untuk perang tetapi untuk menghadang kafilah dagang yang dipimpin oleh Abu Sufyan, namun kafilah itu berhasil meloloskan diri dari hadangan kaum muslimin, maka Rasul bermusyawarah dengan mereka tentang apa harus dilakukan.

Dari kalangan Muhajirin Abu Bakar dan Umar bin Khattab menyambut baik untuk terus maju ke medan pertempuran. Sedangkan Miqdad bin `Amru mengatakan :

"Wahai Rasulullah, laksanakanlah apa yang telah diberitahukan Allah kepadamu, kami tetap bersamamu. Demi Allah kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti apa yang dikatakan Bani Israel kepada Nabi Musa,yaitu "Pergilah kamu bersama Rabbmu dan berperanglah, kami tetap duduk di sini". Tetapi yang kami katakan kepadamu adalah : "Pergilah kamu bersama Rabbmu dan berperanglah, kami ikut berperang bersamamu". Demi Allah yang mengutusmu membawa kebenaran, seandainya kamu mengajak kami ke Barkul Ghimad (suatu tempat di Yaman, red ) pasti kami tetap mengikutimu sampai di sana.

Setelah sahabat Muhajirin, sahabat Anshar yang diwakili oleh Sa'ad bin Mu'adz menyampaikan sikapnya :

"Kami telah beriman kepadamu dan kami bersaksi bahwa apa yang kamu bawa adalah benar, atas dasar itu kami telah menyatakan janji untuk senantiasa taat dan setia kepadamu. Wahai Rasulullah lakukanlah apa yang kau kehendaki, kami tetap bersamamu.Tidak ada seorangpun diantara kami yang mundur dan kami tidak akan bersedih jika kamu menghadapkan kami dengan musuh esok hari. Kami akan tabah menghadapi peperangan dan tidak akan melarikan diri. Semoga Allah akan memperlihatkan kepada kamu apa yang sangat kamu inginkan dari kami. Marilah kita berangkat untuk meraih ridha Ilahi.

Dalam riwayat lain, bahwa Saad bin Muadz berkata kepada Rasulullah,

"Barang kali kamu khawatir jika kaum Anshar memandang bahwa mereka wajib menolongmu hanya di negeri mereka. Saya sebagai wakil kaum Anshar menyatakan, jalankan apa yang kau kehendaki, jalinlah persaudaraan dengan siapa saja yang kau kehendaki dan putuskanlah tali persaudaraan dengan siapa saja yang kau kehendaki. Ambillah harta benda kami sebanyak yang kau perlukan dan tinggalkanlah untuk kami seberapa saja yang kamu sukai, apa saja yang kau ambil dari kami itu tebih kami sukai daripada yang anda tinggalkan. Apapun yang kamu perintahkan maka kami akan mengikutinya, demi Allah jika kamu berangkat sampai ke Barkul Ghimad kami akan berangkat bersamamu, demi Allah seandainya kamu menghadapkan kami pada lautan kemudian kamu terjun ke dalamnya maka kamipun akan terjun ke dalamnya bersamamu. (Rakhikul Makhtum 285-286 ).

Hasan Al-Banna berkata da'wah pada tahap pembinaan (takwin) shufi disisi ruhiyah dan askari (kedisiplinan) dari sisi amaliyah (operasional), slogannya adalah amrun wa thoatun (perintah dan laksanakan ) tanpa ada rasa bimbang, ragu, komentar, dan rasa berat'. (Risalah Pergerakan 2)
Read More …

Suatu hari satu pertempuran telah berlaku di antara pihak Islam dengan pihak Musyrik. Kedua-dua belah pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan antara satu sama lain. Tiba saat pertempuran itu diberhentikan seketika dan kedua-dua pihak pulang ke markas masing-masing.
Di sana Nabi Muhammad S.A.W dan para sahabat telah berkumpul membincangkan tentang pertempuran yang telah berlaku itu. Peristiwa yang baru mereka alami itu masih terbayang-bayang di ruang mata. Dalam perbincangan itu, mereka begitu kagum dengan salah seorang dari sahabat mereka iaitu, Qotzman. Semasa bertempur dengan musuh, dia kelihatan seperti seekor singa yang lapar membaham mangsanya. Dengan keberaniannya itu, dia telah menjadi buah mulut ketika itu.

"Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qotzman," kata salah seorang sahabat.
Mendengar perkataan itu, Rasulullah pun menjawab, "Sebenarnya dia itu adalah golongan penduduk neraka."
Para sahabat menjadi hairan mendengar jawapan Rasulullah itu. Bagaimana seorang yang telah berjuang dengan begitu gagah menegakkan Islam boleh masuk dalam neraka. Para sahabat berpandangan antara satu sama lain apabila mendengar jawapan Rasulullah itu.
Rasulullah sedar para sahabatnya tidak begitu percaya dengan ceritanya, lantas baginda berkata, "Semasa Qotzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama-sama, Qotzman telah mengalami luka parah akibat ditikam oleh pihak musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Dengan segera Qotzman meletakkan pedangnya ke atas tanah, manakala mata pedang itu pula dihadapkan ke dadanya. Lalu dia terus membenamkan mata pedang itu ke dalam dadanya."

"Dia melakukan perbuatan itu adalah kerana dia tidak tahan menanggung kesakitan akibat dari luka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan kerana berlawan dengan musuhnya, tetapi membunuh dirinya sendiri. Melihatkan keadaannya yang parah, ramai orang menyangka yang dia akan masuk syurga. Tetapi dia telah menunjukkan dirinya sebagai penduduk neraka."
Menurut Rasulullah S.A.W lagi, sebelum dia mati, Qotzman ada mengatakan, katanya, "Demi Allah aku berperang bukan kerana agama tetapi hanya sekadar menjaga kehormatan kota Madinah supaya tidak dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku berperang hanyalah untuk membela kehormatan kaumku. Kalau tidak kerana itu, aku tidak akan berperang."

Riwayat ini telah dirawikan oleh Luqman Hakim.
Read More …

Indahnya kisah persahabatan, terukir manis dalam lipatan sejarah dari masa ke masa. Setiap goresan syarat akan nilai-nilai pengertian, kasih sayang, kerelaan berkorban, pembelaan, kesetiaan dan pengabdian. Bahkan legenda persahabatan antara Rosululah dan Abubakar telah membuktikan sebuah keabadian cinta yang didasarkan pada kecintaan terhadap Alloh SWT. Betapa mudahnya Abubakar berkata “ Karena aku tak ingin Kau terbangun Ya Rosulullah” ditengah derai air mata saat kakinya dipatuk ular karena ia enggan menggoyangkan tubuhnya untuk menghindar dari patukan ular tersebut. Ia tak ingin Rosululloh yang tengah terlelap dipundaknya terbangun atas gerakan tubuhnya. Subhanalloh, kekuatan apakah yang mampu mendorong seseorang untuk berkorban demi orang yang ia kasihi, selain kekuatan cinta ?

Namun ada kalanya, ketika tinta-tinta persahabatan ditautkan ada saja coretan-coretan kesalahan yang terpatri didalam guliran masa. Berbagai pertengkaran kecil kerap mewarnai keserasian warna cinta antara insan yang berbeda rasa dan asa. Ketidaksesuaian pandangan, sifat, selera, hobi, cita-cita, lingkungan ataupun jalan hidup seringkali menjadi alasan utama akan terjadinya benturan kepentingan dan emosi. Ungkapan kemarahan & kebencian seolah menyeruak dari lubuk hati ke permukaan. Tak segan-segan hinaan, ejekan ataupn sindiran terlontar tanpa kendali, bagaikan belati yang menebas segala keceriaan.

Rasanya tak adil jika sebuah simpul persahabatan yang suci, harus terurai helai demi helai hanya karena keegoisan yang bertahta dihati. Bukankah Alloh menciptakan perbedaan antar sesama individu agar manusia saling melengkapi & Bantu membantu satu sama lain ? Bukankah perbedaan itulah yang membuat dunia lebih berwarna ? Tapi ada saja di sudut hati kita yang masih “egois” dan “tak mau mengalah” ketika menghadapi suatu dilema dan problematika.

Diluar itu semua, salah satu kekuatan yang paling nyata dari seorang sahabat sejati adalah “memaafkan“. Pun ketika sebuah pertalian persahabatan tak seindah uraian para pujangga atau ketika serpihan-serpihan duka melukai hatinya. Luar biasanya, kekuatan maaf itu mampu melibas setiap kekurangan yang terlihat, menyembuhkan luka yang terpatri, dan mengukuhkan kasih sayang yang telah lama terjalin.
Mungkin sebuah PR besar bagi kita semua untuk merenungi sahabat seperti apakah kita ?
Wallahualam bishawab.

Kawan, apakah kau biarkan orang-orang yang kau kasihi pergi dari sisimu satu persatu. Ataukah kau biarkan keegoisan tetap setia menemanimu ? Bukalah pintu maaf itu & lupakan riak kecil yang pernah menghempas relungmu. Anyamlah kembali simpul-simpul persahabatan yang pernah terurai dan terlepas dari genggamanmu. Temuilah mereka dan hadirkan senyum terbaikmu. Berikan pengertian dan maafmu. Percayalah dibalik ketegaran mereka, ada harapan yang digantungkan padamu….
Read More …

Karena bersaudara di jalan ALLAH telah menjadi kepentingan dakwah-Nya, maka "kerugian apapun" yang diderita saudara-saudara dalam iman dan da'wah, yang ditimbulkan oleh kelesuan, permusuhan ataupun pengkhianatan oleh mereka yang tak tahan beramal jama'i, akan mendapatkan ganti yang lebih baik. "Dan jika kamu berpaling, maka ALLAH akan gantikan dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan jadi seperti kamu" (Qs. 47: 38).

Masing-masing kita punya pengalaman pribadi dalam da'wah ini. Ada yang sejak 10 tahun terakhir dalam kesibukan yang tinggi, tidak pernah terganggu oleh kunjungan yang berbenturan dengan jadwal da'wah atau oleh urusan yang merugikan da'wah. Mengapa ? Karena sejak awal yang bersangkutan telah tegar dalam mengutamakan kepentingan da'-wah dan menepiskan kepentingan lainnya. Ini jauh dari fikiran nekad yang membuat seorang melarikan diri dari tanggungjawab keluarga.
Ada seorang ikhwah sekarang sudah masuk jajaran masyaikh. Dia bercerita, ketika menikah langsung berpisah dari kedua orang tua masing-masing, untuk belajar hidup mandiri atau alasan lain, seperti mencari suasana yang kondusif bagi pemeliharaan iman menurut persepsi mereka waktu itu. Mereka mengontrak rumah peak sederhana. "Begitu harus berangkat
berda'wah mendung menggantung di wajah pengantinku tercinta", tuturnya. Dia tidak keluar melepas sang suami tetapi menangis sedih dan bingung, seakan doktrin da’wah telah mengelupas. Kala itu jarang da’i dan murabbi yang pulang malam apalagi petang hari, karena mereka biasa pulang pagi hari. Perangpun mulai berkecamuk dihati, seperti Juraij sang abid yang kebingungan karena kekhususan ibadah (sunnah) nya terusik panggilan ibu. "Ummi au shalati : Ibuku atau shalatku?" Sekarang yang membingungkan justru "Zauji au da’wati" : Isteriku atau da’wahku ?".
Dia mulai gundah, kalau berangkat istri cemberut, padahal sudah tahu nikah dengannya risikonya tidak dapat pulang malam tapi biasanya pulang pagi, menurut bahasa Indonesia kontemporer untuk jam diatas 24.00. Dia katakan pada istrinya : "Kita ini dipertemukan oleh Allah dan kita menemukan cinta dalam da’wah. Apa pantas sesudah da’wah mempertemukan kita lalu kita meninggalkan da’wah. Saya cinta kamu dan kamu cinta saya tapi kita pun cinta Allah". Dia pergi menerobos segala hambatan dan pulang masih menemukan sang permaisuri dengan wajah masih mendung, namun membaik setelah beberapa hari. Beberapa tahun kemudian setelah beranak tiga atau empat, saat kelesuan menerpanya, justru istri dan anak-anaknyalah yang mengingatkan, mengapa tidak berangkat dan tetap tinggal dirumah? Sekarang ini keluarga da’wah tersebut sudah menikmati berkah da’wah.
Lain lagi kisah sepasang suami istri yang juga dari masyarakat da’wah. Kisahnya mirip, penyikapannya yang berbeda. Pengantinnya tidak siap ditinggalkan untuk da’wah. Perang bathin terjadi dan malam itu ia absen dalam pertemuan kader (liqa’). Dilakukan muhasabah terhadapnya sampai menangis-menangis, ia sudah kalah oleh penyakit "syaghalatna amwaluna waahluna : kami telah dilalaikan oleh harta dan keluarga" (Qs. 48:11). Ia berjanji pada dirinya : "Meskipun terjadi hujan, petir dan gempa saya harus hadir dalam tugas-tugas da’wah". Pada giliran berangkat keesokan harinya ada ketukan kecil dipintu, ternyata mertua datang. "Wah ia yang sudah memberikan putrinya kepadaku, bagaimana mungkin kutinggalkan?". Maka ia pun absen lagi dan dimuhasabah lagi sampai dan menangis-nangis lagi. Saat tugas da'wah besok apapun yang terjadi, mau hujan, badai, mertua datang dll pokoknya saya harus datang. Dan begitu pula ketika harus berangkat ternyata ujian dan cobaan datang kembali dan iapun tak hadir lagi dalam tugas-tugas dak-wah. Sampai hari ini pun saya melihat jenis akh tersebut belum memiliki komitmen dan disiplin yang baik. Tidak pernah merasakan memiliki kelezatan duduk cukup lama dalam forum da’wah, baik halaqah atau pun musyawarah yang keseluruhannya penuh berkah. Sebenarnya adakah pertemuan-pertemuan yang lebih lezat selain pertemuan-pertemuan yang dihadiri oleh ikhwah berwajah jernih berhati ikhlas ? Saya tak tahu apakah mereka menemukan sesuatu yang lain, "in lam takun bihim falan takuna bighoirihim".
Read More …

Cerita ini diambil dari kisah Mba Fery TRACS

“ Pagi ini aku jatuh cinta nih “ Desahku lirih. Tiba-tiba sahabat-sahabat yang berjalan disampingku segera menghentikan langkah mereka yang cepat. Dengan sigap mereka mengerumuniku. Lalu Rina mencengkram pundakku keras, sehingga membuatku meringis kesakitan. Sedangkan Nisa, langsung meletakkan punggung tangan kanannya di keningku. Duh, padahal aku kan gak sakit ?
“ Nggak ngelindur kan ? “ Ucap Rini masih dengan mata yang tertuju padaku.
“ Sama siapa ? Emang udah siap nikah gitu ? “ Timbal Eka panik.
“ Istigfar Ukh, kita kan masih sekolah ,” Pekik Devi bingung.
Akupun tambah kaget melihat respon yang diberikan sahabatku. Aku mencoba melepaskan cengkraman mereka, abis sakit sekali. Tapi pandangan meraka tak mau lepas dari mataku. Seolah-olah meraka ingin menelanjangi pikiranku yang kalut dan resah.
“ Maksudku….” Aku coba angkat bicara untuk menjelaskan.
“ Jangan keluar Ukh, bentar lagi kan UNAS ? “ Celetuk Dien yang memotong pembicaraanku.
“ Hah” aku menatap sahabat-sahabat yang kucintai dengan heran. Tak mengerti apa yang mereka bicarakan. Dengan susah payah aku berusaha lari. Tapi mereka tetap menahanku.
“ Afwan Ukh, tapi saya….” Belum selesai aku bicara, Rina malah memelukku dengan erat.
“ Maafin yah kita kurang peka. Harusnya kami menyadarinya dari dulu, “ Ungkapnya tulus.
Gawat. Aku makin melongo. Kok nggak nyambung. Aku tak tau pasti, apa yang berkecambuk dalam pikiran sahabat-sahabatku. Tapi aku merasa mereka sangat mengkhawatirkanku.
“ Akhwat fillah…..” Ucapku sambil mengusap air mata.
“ Pagi ini aku jatuh cinta pada kalian yang selalu menerimaku dan mengasihiku. Pagi ini aku jatuh cinta pada tanaman & binatang yang selalu mengiringi perjalanan kita dengan dzikir. Pagi ini aku jatuh hati pada persahabatan yang kita rajut dalam ikatan keimanan & rabithah. Pagi ini aku makin jatuh cinta pada jalan dakwah yang telah membuat hidupku penuh cahaya. Dan pagi ini, aku ingin menikmati lezatnya cinta Kepada Alloh bersama kalian dalam kecintaan yang berbalut kelembutan dan kekokohan aqidah, “ Ungkapku sambil melepaskan cengkraman mereka. “ Jelas….” Tegasku.
Dengan segera aku berlari kecil meninggalkan mereka yang masih melongo.
“ Idihhhh, bikin kaget aja ,” Ungkap Devi sambil mengejarku. Aku terus berlari. Tapi tanpa kusadari ada tangan yang menarik dan memeluk tubuhku. “ Kena “ Pekik Nisa riang. “ Ana uhibbuki fillah “ desahnya lirih di telingaku. Lalu cubitanpun mendarat ditubuhku dari teman-teman yang lain.
Tak terasa air mataku menetes, haru. Rasanya mereka curang, karena aku makin jatuh cinta pada mereka. Satu hal yang sangat kusyukuri pagi ini. Aku masih mamiliki kesempatan untuk bersama dengan sahabatku dalam melewati jalan dakwah ini.
“ Wah, udah jam 07.00 nih “ Eka menjerit spontan.
“ Gawat kita terlambat sekolah !!” Ungkapku panik.
Ups, semoga gerbang sekolah belum ditutup. Jadi udahan dulu yah. Kita mau lari dulu nih….
Read More …

Ketika sore tadi ada sebuah sms tausiyah yang masuk dari seorang sahabat yang berisi,
Kalau kita bertanya tentang persoalan apa yang menyebabkan kita resah dan gelisah,maka jawabannya pasti urusan dunia yang fana ini,tidak ada manusia yang gelisah karena memikirkan urusan akherat kelak.”

Ketika membaca sms itu,tiba-tiba hati ini tergerak dan bangkit kembali dari angan-angan yang beberapa hari ini menyelimuti diri ini.Emang beberapa hari kebelakang hati ini agak sedikit kacau,mungkin hati ini sedang mengalami penyakit yang cukup berbahaya,penyakit yang sering disebut VMJ (Virus Merah Jambu ).Yaa Allah..............

Penyakit ini bermula ketika hari senin (06/10/08),ketika hendak pergi belanja untuk kebutuhan kemping.Ketika itu dari kejauhan terlihat seorang akhwat dengan pakaian serba biru sedang berdiri didepan jalan,mungkin dia sedang menunggu angkot.Karena tempat akhwat itu berdiri sama dengan arah tempat untuk membeli kebutuhan kemping,mau tidak mau pasti melewati akhwat tersebut.
Ketika jarak kami hanya sekitar 2m lagi,akhwat itu memberikan sebuah senyuman yang sangat manis.Ya Allah ternyata dia.....

Ternyata dia adalah sahabat yang sangat akrab di salah satu organisai yang saya ikuti.Karena sudah cukup lama kami tidak bertemu,akhirnya sekitar 10 menitan kami bercakap-cakap seputar kegiatan kami masing-masing.Selama kami mengobrol ada sebuah perasaan aneh di dalam hati ini,tidak seperti biasanya.Saat itu hati ini sangat kacau balau,bahkan jantung inipun berdetak lebih cepat dari biasanya.Padahal sebelumnya ketika ngobrol dengannya bahkan dia sering curhat tentang masalahnya tapi saat itu tak ada perasaan sedikitpun.Tapi mengapa saat ini perasaan ini muncul ketika setelah lama kami tidak bertemu....????

Ketika di hendak pergi, diikuti dengan senyumnya dia berkata “Akh ana senang curhat ama antum,moga kita bisa selalu bersama baik di dunia ini atau di akhirat kelak.”

Setelah pertemuan itu saya selalu ingat padanya,hingga banyak amanah yang terselesaikan dengan baik.
Ya Allah saya tau cinta itu adalah fitrah.Tapi kumohon ya Allah... jagalah cinta ini agar diri ini tak terjebak didalam cinta makhlukMu.Diri ini sadar bahwa Engkau pencemburu maka dari itu jangan biarkan perasaan ini membelenggu diri ini hingga melalaikan perintahMu.

Terima kasih ya Allah Engkau telah mengingatkan diri ini melalui sebuah sms yang dikirim oleh sahabat.Terima kasih juga karena Kau telah memberikan sahabat-sahabat yang selalu memotivasi untuk terus berjuang di jalanMu yang mulia ini.
Read More …

Doa jelang kepergian Ramadhan dan kedatangan Syawal...

Ya Allah, ampunilah segala dosa kami.. Kami mahluk yang sarat khilaf dan dosa. Ampuni kami..

Kami bersaksi tiada Ilah selain Engkau, dan Muhammad adalah utusan-Mu nan mulia. Semoga rahmat dan ridho-Mu selalu kepada Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Ya Allah, berikanlah selalu kepada kami hidayah yang baik dari upaya dan usaha kami demi ridho-Mu. Berikanlah berkah kepada segala apa yang sudah kami peroleh.. Ilhamilah kami dengan ilmu yang berguna, hindarkanlah kami dari kesia-siaan, termasuk menyia-nyiakan waktu dengan alpa berdzikir dan memuji-Mu, Ya Allah Yang Maha Sempurna!

Ampunilah kami, Ya Allah... Ampunilah kami yang hina ini.. Tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan-Mu..

Ya Allah Yang Maha Perkasa. Engkaulah Raja dengan tangan yang menggenggam jagat, langit dan bumi. Engkau yang tidak tidur dan tidak alpa atas hal sekecil apapun yang ada di hati kami. Engkau Sang Kuasa atas segala sesuatu. Di jari-Mu terletak hati mahluk-Mu. Semoga Engkau mengukuhkan hati kami dalam dien-Mu, dan senantiasa melindungi kami dari perbuatan menganiaya diri kami sendiri..

Ya Allah Yang Maha Pengasih, jangan pernah berhenti mencintai kami.. jangan pernah melupakan kami.. jangan berhenti mengampuni kami.. Semoga Engkau meneguhkan hati ini hanya untuk mencintai-Mu dengan sesungguh-sungguhnya keikhlasan...

"Gema takbir berkumandang memecah keheningan malam
Pertanda tuntasnya ibadah Puasa Ramadhan di tahun ini
Semoga Kita kembali kepada Fitrahnya sebagai Manusia dan
Menjadi Orang-orang yang bertaqwa"
Read More …

Mengatasi rasa jenuh mungkin adalah suatu hal yang tidak mudah bagi sebagian orang. Penyebabnya bisa bermacam-macam, salah satunya adalah rutinitas atau pekerjaan yang dirasakan monoton sebab selalu harus dikerjakan setiap hari dalam bentuk yang sama. Bagi sebagian orang, mungkin hal itu tidak menantang, dan kurang membangkitkan gairah kala mengerjakannya. Sehingga mereka memilih untuk mengerjakan sesuatu hal yang lain, yang dirasakan lebih menarik dan lebih menuntut kreatifitas.
 
Padahal, mengalahkan rasa bosan atau jenuh adalah sebuah kreativitas tersendiri. Setidaknya, setiap orang yang berhasil menaklukkannya telah berhasil mengubah paradigma yang tertanam dalam pikirannya bahwa pekerjaan tersebut membosankan, berganti menjadi sebuah produktifitas baru dengan semangat yang baru pula. Tidak mudah? Tentu saja. Bahkan perlu keterampilan tersendiri, kesabaran, dan yang paling penting adalah: kemauan. Bila kemauan tidak dihadirkan, maka perubahan itu tak kan terjadi.

Mengalahkan rasa bosan mungkin seumpama memukul-ratakan sebuah bongkahan batu yang akan menghabiskan energi. Ia menjadi sebuah momok tersendiri bagi tiap diri. Bisa dihitung berapa orang yang sukses menghancurkan ‘batu kebosanan’ itu. Sebagian besar hanya akan menunggu sampai batu itu hancur dimakan zaman atau dilubangi oleh air yang menetes dari hujan. Cukup jarang mereka yang dapat menjadikan batu tersebut sebagai ‘lawan’ dan dikalahkan. Menjadikan rasa bosan sebagai ‘kawan’ hanya akan membuatnya mendekam lebih lama dalam diri kita.

Sebenarnya, menjalani rutinitas tidak akan menjelma menjadi sebongkah ‘batu kebosanan’ yang akan terus dirasakan menghimpit, apabila kita menjalaninya dengan kesabaran dan juga keikhlasan. Melapangkan hati dan mengusir ‘debu-debu penyakit’ di dalamnya akan membantu diri kita untuk bisa menerima setiap kondisi dengan hati tenang. Masalahnya sekarang, menjadikan hati tetap ikhlas setiap saat dan membuatnya lapang selalu, adalah hal yang tidak mudah. Pula bergantung dari ‘bahan bakar’ yang ada dalam tiap diri kita, yang akan memompa semangat serta bekerja keras mengusir tiap titik debu ketidakikhlasan. Bahan bakar itu bernama keimanan.

Manusia diciptakan dengan segala kelemahan serta kelebihannya. Sifat lalai, lupa, lengah, mungkin adalah sesuatu yang memang menjadi sifat dasar manusia. Sesuatu yang memang sudah ada sebagai sebuah kelemahan, yang harus diatasi supaya sifat-sifat itu tidak terus muncul dan akhirnya mengganggu. 

Rasa bosan, yang sering menjadi momok dan penyebab seseorang berkeinginan untuk pindah pekerjaan, bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Di antaranya adalah suasana kerja yang monoton, teman kerja yang sering membuat kesal, gaji yang tak kunjung naik, tidak dipromosikan untuk naik jabatan, merasa kurang mendapat tantangan dalam pekerjaan, dan sebagainya. Demikianlah alasan yang kerap kali diutarakan, diputuskan menjadi penyebab, lalu membuat seseorang tersebut hengkang dari tempat kerjanya. Benarkah alasan-alasan tersebut merupakan hal yang telah terjadi dan merupakan akar masalah? Ataukah hanya sebuah legitimasi yang dicari-cari supaya dapat melarikan diri dari ketidakmampuan untuk menghadapinya? Mungkin hanya Allah dan diri kita sendiri saja yang tahu.

Seringkali kita menyalahkan lingkungan di sekitar atas rasa bosan atau kejenuhan yang, menurut kita, sedang melanda. Mengkambinghitamkan sesuatu di luar diri kita rupanya menjadi pekerjaan mudah yang akan selalu kita lakukan, apabila kita tidak mau untuk melakukan introspeksi diri atau ber-muhasabah. Karena, bisa jadi kondisi stagnan atau rasa jenuh itu datang oleh sebab diri kita yang sering berpikiran negatif terhadap apa yang sedang dilakukan, atau terhadap seseorang yang sedang dihadapi. Sehingga semuanya terasa begitu tidak menyenangkan. Bisa jadi pikiran-pikiran itu muncul dikarenakan diri kita yang tak mampu berinovasi dan berpikir kreatif untuk mengembangkan kemampuan serta tugas-tugas kantor yang sedang dikerjakan. Bisa jadi ketidaknyamanan itu adalah akibat dari diri kita yang selalu merasa kurang sehingga timbul emosi dan gejolak untuk mendramatisasi keadaan. Lalu muncullah sebuah pikiran yang akhirnya dinyatakan sendiri maupun kepada orang lain, “Aku bosan! I’m outta here!”
Benarkah demikian? Diri kita sendirilah yang dapat menjawabnya.
Mungkin saja, bila kita mau meluangkan waktu untuk rehat sejenak di kala aktifitas di kantor sedang dalam stadium tinggi, rehat itu akan membawa kesegaran dan semangat baru. Sehingga pikiran menjadi lebih terbuka terhadap masukan-masukan positif yang membangun dan menyelesaikan permasalahan. Bentuk rehat itu bisa bermacam-macam. Tidak perlu cuti berhari-hari bahkan berhura-hura dengan segala bentuknya, sebab bisa jadi akan menjadi celah kemalasan untuk timbul dan melenakan gerak kita yang sudah cukup lamban. Rehat itu bisa dihadirkan dalam bentuk membuat games atau permainan menarik sepanjang waktu istirahat kantor. Atau mengadakan pelatihan singkat, semacam workshop atau seminar sehari, dengan tujuan untuk membangkitkan motivasi. Atau merencanakan perubahan dalam pola pengerjaan tugas-tugas kantor yang dirasakan monoton tersebut.
Hal-hal di atas tentu saja akan dapat bermanfaat bila diri kita atau siapapun yang merasa bosan memiliki “kemauan” yang kuat untuk mengatasi dan mengalahkan rasa bosan itu. Bila tidak, maka seribu macam permainan dan inovasi apapun akan tetap dirasakan sebagai sebuah kesia-siaan.

Semuanya memang tergantung pada diri kita masing-masing. Hambatan yang menjadi penghalang kesuksesan itu akan selalu ada. Soal apakah ia akan menjadikan kita berpaling dan kemudian pergi meninggalkan pekerjaan, atau kita memilih untuk menghancurkan hambatan itu kemudian bertahan dan memperbaiki segala sesuatunya, adalah pilihan pribadi. Tak mudah memang untuk menjadi seseorang yang survive dalam kondisi sulit. Tetapi mereka yang sedikit itulah yang akan muncul dengan kesuksesan dan kemudian dikenal sebagai seseorang yang berhasil dalam pekerjaannya.

Itu semua adalah pilihan. Sebab perubahan hanya akan terjadi pada mereka yang memiliki kemauan kuat untuk berubah atau mengubah kondisi tak menyenangkan yang mereka rasakan serta menghadapi segala hambatan yang memang akan selalu ada. Kita sendiri yang menentukan, akan mengalahkan atau dikalahkan oleh “rasa bosan”.
Read More …