It's Time to Change


Kepada siapakah hamba mengadu, jika para pembawa panji cinta mengibarkan bendera permusuhan, menabuh genderang nafsu angkara. Masih pantaskah hamba menerima cintamu, menyebarkan rahmat seru sekalian alam, tetapi nyatanya kami terpuruk dibalik jubah kesombongan, membusungkan dada saling menebar caci maki dan kebencian.Dengan dalih demokrasi kami menjarah dan mencabik siapa saja, memercikkan nyala api, menggelar fasad. Padahal dilubuk hati hamba pesan suci para ustadz masih terngiang dan mengetuk qalbu " Wahai hamba nan disayang, ketahuilah bahwa sesungguhnya Alloh tidak mencintai orang-orang yang membuat kerusakkan ".

Tuhanku, tangan apa yang harus kami pergunakan untuk menutupi malu dan luka hati yang sembilu. Kebanggaan apalagi yang masih tersisa untuk menampakkan sosok wajah orang beriman. Bahasa apakah yang paling pantas kami ucap, untuk melukiskan akhlak bangsa yang ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun, Tetapi tepat dihadapan hamba beberapa pelajar dan mahasiswa bunga-bunga bangsa, telah berubah menjadi duri yang menyakitkan. Tanpa merasa malu mereka mengacungkan tinju dengan beringas, saling mencengkram dalam tawuran yang rusuh, mengaum dan tak segan-segan membunuh.

Tuhanku, fikiran dan otak seperti apa yang harus kami pakai untuk memahami perilaku manusia yang mengaku menyembah-MU dengan penuh cinta, tetapi hatinya compang-camping menjadi budak sahaya kedzoliman dan berpaling dari cinta-MU untuk menyembah nafsu amarah yang sarat dengan rasa curiga yang terus memburu.

Tuhanku, kami menapaki kehidupan dengan gelisah dan rasa was-was. Koran-koran yang kami baca berwarna hitam, menyajikan berita-berita kriminalitas, krisis identitas dan mabuk miras, generasi triping yang asyik menenggak ekstasi, pemerkosaan pembantu di depan televisi dan garasi, serial pembunuhan sopir taksi, berita korupsi dan kolusi, dan saat ini orang sibuk dan limbung mengadu siasat berebut kursi dan suksesi.

Tuhanku, kepada siapa kami harus bertegur sapa, sedangkan persaudaraan dan kerukunan ternyata hanya fatamorgana, pemanis retorika semata.

Tuhanku, jadikanlah negeri kami Taman Firdaus, bangsa yang merekah senyum, menebar semerbak bunga cinta, ataukah hanya duka, luka, derita dan air mata yang kami terima karena Engkau telah memalingkan muka dan bosan dengan kata-kata.

Tuhanku, maafkanlah hamba, manusia dunia yang sering lupa, betapa disetiap pori-pori hamba adalah keringat penuh dosa yang sering berkata atas nama surga, padahal betapa Engkau Maha Tahu, hamba adalah debu-debu yang menderu diburu nafsu, akar yang tercerabut dari batangnya, diamuk oleh badai kebodohan dan kesombongan.

Tuhanku, cintailah kami, wahai segala wahai, Sang Pengasih dari Segala Terkasih karena hamba tahu, hamba tidak akan pernah menjadi golongan-golongan orang beriman, apabila hamba tidak mencintai sesama sebagaimana hamba mencintai diri hamba sendiri.

Tuhanku, jadikanlah negeri kami, dimana amarah dan angkara tak pernah menyala, dimana senjata tiada guna, pagar dan pintu-pintu rumah terbuka, penghuninya mendendangkan tembang cinta, tegur sapa, senyum dan tawa adalah surga. Amiin


Leave a Reply