It's Time to Change

Saudara2 ku yang semoga senantiasa didalam keridhoan Allah Subhanahu wa ta’ala, sekali saya sengaja mengangkat thema ini, yaitu tentang bulan Ramadhan, yang Insya Allah akan hadir kembali, bulan yang membawa berjuta keberkahan dan kebaikan sebagaimana lazimnya setiap kali dating, tak ada yang kurang sedikitpun, kecuali usia kita yang pasti terus berkurang, yang mengisyaratkan bahwa semakin berkurang jatah pertemuan kita dengan bulan lautan pahala dan bulan pelebur dosa.



Kita tidak tahu kapan jatah kita berakhir, dan ramadhan mana yang menjadi penutup dari ramadhan-ramadhan yang telah kita lalui, mungkin lima , sepuluh tahun lagi Ramadhan terakhir itu yang akan kita jumpai. Tetapi mungkin pula, justru Ramadhan tahun inilah penutup kebersamaan kita dengan bulan Ramadhan, atau barangkali justru kita tidak punya kesempatan menyambut datangnya bulan yang penuh dengna kemiliaan tesebut, kita tidak tahu, semua kembali kepada Allah yang Maha Kuasa yang mengatur segalanya.



Saudaraku, Jika Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk menyambut dan merayakan datangnya bulan Ramadhan, bulan yang penuh rahmat dan pahala, dengan kegembiraan serta iman yang teguh, selayaknyalah benar-benar kita manfaat moment ini dengan sebaik-baiknya, sehingga kita tidak lagi mengulangi kesalahan-kesalahan tahun-tahun yang lalu yang harus kehilangan bulan Ramadhan tanpa meninggalkan bekas di hati, jiwa, ibadah dan amal kita. Ia Pergi meninggalkan kita , sedangkan kita belum sempat berbuat apa-apa. Inilah kondisi yang umum terjadi menerpa kita.



Marilah kita manfaatkan Ramadhan kali ini dengan meminimalkan kesalahan dan kegagalan kita pada Ramadhan lalu, berikut ini kiat-kiat yang bias kita lakukan :


1. Tak ada yang tahu batas usia kita.

Kebersamaan bersama Ramadhan tidaklaha selamanya dan kesempatan itu terbatas yang datang hanya setahun sekali, sebatas hidup kita di dunia. Itupun harus dikurangi dengan jatah masa kanak-kanak, dimana kita belum mengerti apa itu hakekat Ramadhan, belum lagi dimasa jahiliyah kita yang penuh dengan kelalaian yang sering kali melewatkan Ramadhan tanpa apa-apa, ditambah lagi dengan kondisi-kondis sulit lainnya yang terkadang datang dan mengurangi kebersaamaan kita dengannya, seperti dalam perjalanan, atau sakit keras misalnya yang mengurangi jatah kita meraih kenikmatan bersama Ramadhan.

Mari kita berhitung, hingga sejauh umur kita sekarang ini, berapa Ramadhankah yang berhasil kita selesaikan dengna baik?

Rasulullah SAW sepanjang usianya hanya sembilan kali menghabiskan waktunya bersama Ramadhan, akan tetapi meskipun hanya sembilan kali, beliau benar-benar memaksimalkan kebersamaan itu.


2. Jagan Bosan Mempelajari Keutamaan dan Keistimewaan Ramadhan

Bersabar dalam mencari dan merengkuh keistimewaan dan keutamaan Ramadhan mungkin terasa sulit bagi kita. Pasalnya, setiap detik yang kita temui dibulan itu sama saja dengan detik-detik yang kita lewati dari waktu kewaktu. Tidak ada kesan khusus yang indah dan menarik, akhirnya semua berjalan biasa saja, hari demi hari kita lalui tanpa prestasi ibadah dan amal yagn bias dibanggakan, padahal banyak orang lain disekitar kita tampak penuh semangat mengejar target-target tilawahnya, infak dan shodaqohnya, sholat malamnya dan sederetan amal-amal sunnah lainnya. Tetapi antusiasme mereka yang mengagumkan itu tidak punya daya magnet untuk menarik kita kedalam amal-amal sebagaimana yang mereka lakukan.



Jika demikian, mungkin kita perlu berhenti sejenak, merenung dan sambil mencari tahu, barangkali karena kita belum begitu akrab dengan Ramadhan. Kita buka tabir-tabir ketidaktahuan kita harus kita singkap dengan banyak belajar, membaca dan dengan cara apapun agar kesalahan kita di Ramadhan yagn lalu tidak kita ulangi pada Ramadhan-ramadhan berikutnya, sebab Ramadhan adalah musim semi bagi pohon iman, setelah selama sebelas bulan daun-daunnya berguguran ditimpa kemarau ibadah, ranting-rantingnya nyaris patah diterpa angina maksiat. Ramadhan datang untuk mengembalikan keindahan pohon iman dengan memberikan buah ketaqwaan yang memungkinkan pemiliknya berada dalam keadaan taqwa sepanjang tahun, sampai datang Ramadhan berikutnya.


3. Agar tidak timbul penyesalan, Ketika berakhirnya Ramadhan .

Ramadhan adalah kesempatan berharga yang tidak datang setiap saat, dan ingat ! kedatangnya tidak menunggu kesiapan dan keluangan waktu kita. Maka, kitalah yang harus meluangkan waktu dan menyiapkan diri menyambutnya, beramal didalamnya sebanyak-banyaknya, agar ketika berlalu tidak timbul penyesalan yang dalam karena kelalaian kita sendiri.

Imam Ahmad ra. Apabila Ramadhan tiba, lelaki alim yang tekun beribadah ini memasuki masjid dan menetap didalamnya. Disana ia bertasbih dam beristighfar, setiap kali wudhunya batal, ia selalu memperbaharui wudhunya dan tidak pernah pulang kerumahnya kecuali untuk makan, minum dan tidur. Ia berkata, ”Bulan ini adalah bulan yang akan emnghapus dosa-dosa, kami tidak ingin menyamakannya dengan bulan-bulan yang lain yang terkadang kami isi dengan perbuatan maksiat, salah dan dosa.”

Lihat pula Imam Malik ra. Jika ia telah memasuki bulan Ramadhan. Ia menutup kitab-kitabnya, tidak berfatwa dan tidak melayani diskusi dengan orang lain. Ia hanya mengambil Al Qur’an dan berkata, “Bulan ini adalah Bulan ramadhan, bulannya Al Qur’an.” Ia lalu menuju ke masjid dan menetap didalamnya, memperbanyak sholat, tilawah dan dzikir sampai bulan ramadhan berlalu.

Imam Ahmad dan Imam Malik melakukan itu karena mereka sadar, Ramadhan itu sangat mahal dan terbatas, sebatas hidup mereka didunia. Mereka harus beribadah lebih banyak dibulan itu supaya tidak menyesal karena kehilangan kesempatan yagn sangat berharga.



4. Bekal Perjalanan kita yang jauh ada di Sini.

Ibarat ladang, Ramadhan adalah tanah yang sangat subur, apapun yang ditanam akan tumbuh subur dengan hasil yang berlipat ganda. Disinilah tempat kita mengumpulkan dan menyimpan bekal sebanyak-banyaknya untuk sebuah perjalanan yang sangaat panjang. Karena dibulan itu setiap amal akan dilipatgandakan. Ibadah sunnah akan sama nilanya dengan ibadah wajib diluar Ramadhan. Karena itu apalagi yang kita tunggu? Apakah kita menunggu usia kita yang belum tentu kita merasakannya? Apakah kita akan menunggu hingga kita memiliki harta banyak?

Janganlah kita berjudi dengan sesuatu yang tidak pasti, lalu dengan sadar kita meninggalkan kesempatan mengumpulkan bekal untuk perjalanan yang maha panjang, menuju stasiun akhirat.



5. Kita harus menjadi yang terbaik.

Ramadhan adalah milik semua orang yang beriman, yaitu orang-orang yang percaya dan mengakui Allah SWt sebagai Rabb satu-satunya dan Muhammad SAW adalah utusan-Nya serta meyakini kewajiban-kewajiban yang diperintahkan.

Ibarat sarana lomba, Ramadhan datang dan memberi kita kesempatan yang sama dengan yang lain. Tidak ada diskriminasi sedikitpun. Tidak ada yang boleh melangkah lebih dulu, atau sekedar menunda walau dengan alas an apapun. Modal utama kita hanya stamina keimanan masing-masing agar pada langkah pertama kita terlihat lebih gesit dan mampu bertahan hingga usai lomba.

Dalam lomba kita menginginkan prestasi terbaik, keluar sebagai pemenang, atau paling tidka kita ebrada pada barisan peserta yang berhasil menyelesaikan lomba dengan hasil baik.Kita tidak ingin termasukorang-orang yang gagal, tersisih jauh di belakang sehingga kita tidak mampu mencapai finish.

Kita tidak boleh gagal, karena kegagalan akan mengecilkan kita dimata manusia, dan kegagalan di Bulan Ramadhan akan lebih menghinakan kita di mata Dzat yang menciptakan manusia.

Hasan Al Bashri berkata,”Allah telah menjadikan Ramadhan sebagai arena pertandingan makhluk-makhluk Nya. Mereka berlomba dengan ketaatan demi meraih ridho-Nya. Sebagian berhasil dan keluar sebagai pemenang, sebagian lagi meninggalkan ketaatan itu dan merepun merugi. Sungguh mengherankan orang yang tertawa dengan kelalaian pada hari ketika kemenangan hanya bagi mereka yang berbuat baik and kerugian bagi orang-orang durhaka.”

Categories:

Leave a Reply