Istilah �HAROKAH� mulai populer di Indonesia di tahun 1980-an. Kata yang dimaknai sebagai �Pergerakan� ini mulai akrab di telinga kita masyarakat Indonesia bersamaan dengan �membanjirnya� buku-buku pergerakan di Indonesia, yang berasal dari Timur Tengah. Banyak diantarnya adalah tulisan-tulisan dari �tokoh pergerakan� yang mengilhami munculnya beragam gerakan pembaharuan di berbagai belahan dunia, Ust. Hasan al-Banna dan Ust. Sayyid Qutb adalah dua diantaranya.
Jika Harokah disandingkan dengan kata Islam, menjadi Harokah Islamiyah, maka ia adalah semangat untuk mengembalikan Islam agar kembali hadir dalam kehidupan nyata, menjelma menjadi perlaku setiap insan dalam posisi apapun dan sebagai apapun. Tarbiyah adalah agenda guna mencapai tujuan tersebut.
Sasaran-sasaran untuk mencapai tujuan tersbet adalah Takwin (pembentukan):
- As-Syakhsiyah Islamiyah (Pribadi Muslim)
- Al-Usrah al-Muslimun (Keluarga Muslim)
- Daulah Islamiyah (Pemerintahan Islam)
- Khilafah Islamiyah
Sebuah organisasi termasuk Harokah tidak mungkin bisa berjalan secara mulus tanpa kehadiran aktivis-aktivis dengan militansi tinggi. Keberadaan aktivis Harokah yang militan menjadi sebuah keniscayaan. Guna mencapai tujuan Harokah Islamiyah, aktivis Harokah harus mempunyai karakter seperti yang ALLOH gambarkan dalam QS Al Maidah 54, yakni:
�Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui�.